Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, ' Belajarlah al-Qur'an dari empat orang, Dari Abdullah bin Mas'ud, Salim, mantan budak (maula) Abu Hudzaifah, Ubay bin Ka'ab, dan Mu'adz bin Jabal'." (HR. Al-Bukhari, dan Muslim)
Intisari Hadits :
1. Bahwasanya al-Qur'an itu diambil dengan cara Talaqqi (belajar) dan al-Qur'an itu memiliki para imam serta ulama yang ahli di bidang al-Qur'an.
2. Bahwa sebagian sahabat ada yang lebih baik bacaannya daripada yang lain. Orang yang mengambil spesialisasi dalam bidang ilmu tertentu, ia akan menjadi lebih utama dari orang lain, bahkan dialah yang utama dalam bidang ilmu tersebut. Sesungguhnya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali lebih utama dari mereka RA dan bahkan dari semua sahabat. Akan tetapi mereka (para ahli al-Qur'an yang disebutkan dalam hadits, pent-) memiliki keistimewaan dengan bacaan al-Qur'an mereka, bagusnya bacaan al-Qur'an mereka, dan keahlian mereka dalam perkara ini hingga melebihi yang lainnya.
3. Di dalam hadits ini terdapat penjelasan untuk mengembalikan segala macam bentuk disiplin ilmu kepada ahli (pakar)nya. Rasulullah SAW memulai dengan Ibnu Mas'ud, karena ia bersama beliau mulai dari Makkah dan sangat bagus dalam membaca al-Qur'an dengan tadjwidnya.
4. Bahwasanya Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang Dia kehendaki dengan kitab ini, sesungguhnya Salim RA seorang maula (budak yang dimerdekakan) diangkat (derajatnya) oleh Allah SWT dengan kitab ini. Disebutkan di dalam sebuah hadits bahwasanya Rosulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT akan meninggikan (derajat) beberapa kaum dengan Kitab ini dan merendahkan yang lainnya dengannya" (HR Muslim, Ibnu Majah, Ahmad, dan Ad Darimi)
5. Hadits ini menjelaskan kemuliaan 4 sahabat dari kalangan manusia RA, dan diantara keutamaan mereka yang paling agung adalah mereka (membaca) Al-Qur'an dengan tajwid yang baik, mereka menjadi referensi dalam mencari sanad yang tinggi dan mengambil al-Qur'an sesuai dengan bacaan mereka.
6. Di dalam hadits ini terdapat pelajaran bahwa seyogyanya bagi seorang Muslim dan penuntut ilmu untuk pergi kepada orang alim guna membaca dan mempelajari al-Qur'an bersamanya. Janganlah dia mempelajari al-Qur'an sendirian, sehingga akan banyak kesalahan dan kekeliruannya, karena sesungguhnya ilmu itu didapatkan dengan talaqqi.
7. Disini ada satu hal yang cukup menarik, yaitu bahwa 4 orang tersebut, 2 orang berasal dari Kalangan Muhajirin, dan 2 orang dari kalangan Anshor -semoga Allah meridhai mereka semua dan menjadikan mereka ridha-. Tentang Abdullah bin Mas'ud RA telah diriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa yang ingin membaca al-Qur'an persis sebagaimana diturunkan, maka hendaklah ia membacanya sesuai dengan bacaan anak Ummu Abd," (HR AHmad). Yakni Abdullah bin Mas'ud. Adapun Ubay bin Ka'ab RA maka Rosulullah SAW bersabda kepadanya, "Semoga Ilmu memberikanmu kekhususan wahai Abu al Mundzir." (HR MUslim dan Ahmad).
Dan Permintaan Umar RA kepada umat agar kembali kepada Ubay bin Ka'ab dalam masalah bacaan, dan dialah pimpinan para qari'. Adapun Mu'adz bin Jabal RA, maka telah diriwayatkan secara shahih bahwa Nabi SAW mencintainya, dan dalam hadits shahih pula dari beliau SAW bahwa Mu''adz akan datang di hadapan para ulama di hari kiamat dengan satu lemparan batu, mendahului mereka masuk surga. Disebutkan pula dalam sebuah hadits bahwa ia adalah orang yang paling alim dari umat ini tentang halal dan haram -semoga Allah meridhai mereka semua-. Sedangkan Salim maula Abi Hudzaifah, dia adalah seorang laki-laki yang shalih, terbunuh syahid dalam perang Yamamah. Dan diriwayatkan dari Umar RA bahwa dia berkata, "Andaikan Salim maula Abi Hudzaifah RA masih hidup, niscaya aku memberikan jabatan khilafah kepadanya"
Note : Talaqqi : maksudnya adalah belajar ilmu agama secara langsung kepada guru atau pertemuan antara murid dengan guru secara langsung secara berhadapan, guru mengucapkan, dan murid mengikuti, sembari di hapalkan di depan gurunya, dimana guru tersebut mempunyai kompetensi ilmu, tsiqah, dhabit dan mempunyai sanad kelimuan yang muttasil sampai ke Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam melalui para Ulama Alimin Arifin.
Berikut penjelasan keutamaan belajar dengan sistem Talaqqi.
Apa manfaat talaqqi?
1. Memiliki sanad keilmuan yang jelas.
Kata Ibnul Mubarak:”Sanad merupakan bagian dari agama, kalaulah bukan karena sanad, maka pasti akan bisa berkata siapa saja yang mau dengan apa saja yang diinginkannya.” Dikatakan juga: “permisalan orang yang ingin mengetahui perkara agamanya tanpa sanad, seperti orang yang menaiki suthuh (bagian atas) sebuah rumah tanpa tangga”
2. Mendapat ilmu dari lisan para ulama yang mumpuni di bidangnya
Syarat seseorang sukses dalam menutut ilmu oleh para ulama disebutkan:
1. Berbekal potensi akal untuk diisi dengan ilmu.
2. Ada guru yang akan membantu membuka jalan dalam belajar.
3. Didukung oleh kitab-kitab yang sahih.
4. Memiliki kesungguhan dan kontiunitas dalam belajar.
Apabila ada komponen ini yang tidak dipenuhi, maka akan ada ketimpangan dalam belajar dan dikhawatirkan meruai kegagalan dalam belajar agama.
Sebuah pesan arab menyebutkan: ambillah ilmu dari lisan para rijal, karena mereka menghafal hal-hal terbaik yang mereka dengar. Lalu mereka sampaikan hal-hal terbaik dari apa yang mereka hafal.
Dengan demikian seorang santri akan denang mudah dan dalam waktu pendek mendapati kunci-kunci dan filosofi ilmu.
Di dalam nasehat lain disebutkan bahwa salah satu syarat untuk sukses dalam belajar adalah: irsyaadu ustaadzin atau suhbatu ustaadzin (ada arahan dan ayoman dari seorang guru).
3. Tidak salah dalam memahami ilmu
Di dalam sebuah syair dijelaskan:Orang-orang yang mengambil ilmu dari gurunya secara lisan, Dari kesesatan dan penyelewengan akan terhindar.Dan orang-orang yang mengambil ilmu dari lembaran-lembaran kertas,Ilmunya di kalangan ahli ilmu dianggap tiada.
Di syair lain dijelaskan:
Apakah engkau mengaku sebagai seorang berilmu, sementara engkau tidak membaca kitab dengan seorang syaikh yang akan menghilangkan keresahanmu?Apakah engkau mengira, bahwa otakmu akan menjelaskan hal-hal yang musykil? Tanpa ada guru yang memberitahukannya?!, Demi Allah otak benar-benar telah membohongi!Dan mencari ilmu tanpa guru,Sama halnya dengan orang yang menghidupkan lentera tanpa memiliki minyaknya.
Ilmu agama tidak bisa dipelajari secara otodidak, karena banyak hal dalam agama yang tidak bisa dicapai oleh logika manusia, butuh keimanan. Selain itu, banyak hal dalam agama yang mesti dicontohkan pelaksanaannya, tidak bisa diandai-andaikan atau dibuat-buat. Karena agama islam bersumber dari wahyu langit, yang diwariskan secara turun temurun dari Rasul Saw. kepada sahabat, dari sahabat kepada tabi`in, dari tabi`in kepada tabi` tabi`in, dari tabi` tabi`in kepada ulama salaf, dari ulama salaf dilanjutkan kepada ulama khalaf, yang seterusnya dilanjutkan kepada kita secara bersambungan. Ilmu agama bukan dari logika manusia, kesepakatan manusia, sebuah penelitian atau apapun bentuknya. Ijtihad yang dilakukan manusia pun butuh kepada dalil. Dalil naqly juga butuh kepada kesahihan dalil, yang juga butuh kepada sanad yang berkesinambungan (ittishal sanad)
4. Belajar adab
Di dalam majlis ilmu kita diajarkan dan dicontohkan oleh seorang `alim rabbani tentang adab sebagai seorang hamba Allah yang mesti beribadah kepada Allah, diantara ibadah itu adalah berakhlaq baik kepada semua yang ada di alam raya. Seorang ulama bahkan memesankan kepada anaknya: lihatlah adab si fulan sebelum engkau belajar ilmu darinya!”
Wallahua'lam bishowab
subhanallah... belajar dari yang ahli dan bersanad tinggi. .
BalasHapus