Kamis, 14 April 2011

Ketika ucapan kita berbalik kepada dirikita sendiri

Assalamu'alaikum wr wb..



Berikut ada kisah bermanfaat, semoga kita bisa mengambil hikmahnya....amin.



Mohon maaf bila sudah ada yang pernah membaca kisah sejenis...



Bahaya Lisan....Ketika "Ucapan" kita berbalik kepada diri kita..



Seringkali kita berbicara "asal nyeplos" tanpa kita pikirkan akibatnya..Kita berbicara dengan emosi, tidak dengan hati.

Mungkin saja ucapan yang kita lontarkan tidaklah berarti "apa-apa" buat kita, namun malah sebaliknya sangat "menyakitkan" buat penerima.



Sering kita menjadikan "kekurangan" orang lain untuk menjadi sasaran ejekan, ataupun juga sering kita menganggap rendah (kurang baik/sempurna) orang lain, dan kita apalagi bila kita bandingkan dengan diri kita sendiri (dengan "kelebihan/keutamaan" yang kita miliki)



Rasulullah pernah bersabda,





بِحَسبِ امْرِئٍ مِن الشَّرّ أن يَحْقِر أخاه الْمُسْلم، كلّ المُسْلم عَلَى الْمسلم حَرَام دَمُه وَمَاله وَعرْضه



"Cukuplah menjadi keburukan bagi seseorang dengan merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim atas muslim lainnya adalah HARAM, yaitu darahnya, hartanya, dan KEHORMATANNYA". (HR. Muslim)



Hendaknya setiap diri takut kepada azab Allah, bila Dia akan menimpakan musibah, dikarenakan ucapan-ucapan/lisan-lisan yang sering "merendahkan", mengucapkan kata/kalimat yang "menyakitkan" orang lain. Seringkali "musibah/balasan" tersebut terjadi di dunia, yakni dengan cara ucapan "merendahkan/yang menyakitkan" tersebut, kembali / berbalik kepada pengucapnya.



Rasulullah pernah bersabda dalam haditsnya,



لاَ يَرْمِيْ رَجُلٌ رَجُلاً باِلْفُسُوْقِ وَلاَ يَرْمِيْهِ بِالْكُفْرِ إِلاَّ ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذلِكَ



“Tidaklah seseorang melemparkan tuduhan kepada yang lain dengan kefasikan, dan tidak pula kekafiran, melainkan hal itu akan kembali kepadanya apabila yang dituduh ternyata tidak demikian”. (HR. Bukhari).



Berikut, ada kisah yang mudah-mudahan bisa menjadi pelajaran buat kita.



Ibnu Sirrin adalah seorang ulama generasi Tabi'in. Beliau adalah seorang saudagar yang kaya raya. Namun di usia tuannya, beliau pernah bangkrut dan dililit hutang, sampai beliau dimasukkan penjara, hingga akhirnya yang mengeluarkan beliau dari penjara adalah salah seorang anaknya.



Banyak yang mempertanyakan, mengapa beliau bisa terlilit hutang dan masuk penjara, padahal beliau sebelumnya adalah pedagang yang kaya raya.



Dikarenakan beliau adalah orang yang sholih, beliau bisa mengambil ibrah (kesimpulan) dan sebab-sebab, kenapa beliau bisa masuk penjara.



Ibnu Sirin berkata : “Aku pernah mengejek orang yang sedang mengalami kebangkrutan. Lalu justru aku yang ditimpa kebangkrutan”. Dalam riwayat lain beliau pernah mengatakan kepada seseorang : “Wahai orang yang bangkrut!”. Tak lama setelahnya beliau dihukum penjara karena bangkrut dan tidak dapat membayar hutang" (Tarikh Baghdad : 5/334, Al-Khatib-al Baghdadi; Siyar A'lam an-Nubala : 4/616, adz-Dzahabi; Al-Adab asy-Syar'iyyah : 1/341, Ibnu Muflih)



Tatkala kisah ini disampaikan kepada Abu Sulaiman ad-Darani, beliau memberikan komentar, "Dosanya sedikit, sehingga dia bisa mendeteksi dosa mana yang menyebabkan musibah ini terjadi, tapi dosa kita banyak, sehingga tidak tahu lagi, dosa mana yang menyebabkan datangnya tiap musibah"



Subhanalloh...betapa indahnya ahlak orang sholih jaman dahulu... Mereka bisa segera mengintrospeksi diri, segera begitu bala'/ musibah menimpa mereka.

Untuk dosa yang kelihatannya "remeh" dimata orang orang sekarang, ternyata dapat berdampak "fatal" dikemudian hari, dan berdampak langsung kepada si pelaku dosa tersebut.

Padahal, mungkin memang sangat sedikit "dosa" yang mereka (ulama-ulama tabi'in) perbuat, namun ganjarannya segera diterima ,mereka di dunia.



Penderitaan kita pada hari ini, bisa disebabkan oleh dosa-dosa yang telah kita kerjakan di masa lalu. Jangan pernah memandang remeh dosa sekecil apa pun, tapi pandanglah kepada siapa siapa melakukan kedurhakaan itu.



Janganlah ada anggapan dosa itu akan dibalas hanya di akhirat nanti, bukankah si pembunuh Said bin Zubair kemudian mati secara menyedihkan? Bukankah orang-orang yang menyiksa Ahmad bin Hanbal kemudian diserang penyakit yang mematikan? Bukankah orang yang membunuh Hasan al-Banna kemudian tersingkir dari kekuasaan? Maha-adil Allah. Dia tidak akan membiarkan orang-orang zalim berbuat sesukanya. Sungguh, azab Allah sangatlah dekat bagi mereka.



Diceritakan bahwa al-Kisa’i -seorang ahli nahwu dan qira’ah- bertemu dengan al-Yazidi -juga seorang ahli nahwu- di tempat khalifah Harun ar-Rasyid. Lalu ketika masuk waktu shalat ditunjuklah al-Kisa’i menjadi imam, dan beliau salah ketika membaca surah al-Kafirun. Setelah shalat al-Yazidi mengejeknya dan berkata: “Seorang qari kota Kufah salah dalam membaca surah al-Kafirun ?!”.

Beberapa waktu kemudian, al-Kisa’i bertemu kembali dengan al-Yazidi, dan ketika masuk waktu shalat ditunjuklah al-Yazidi menjadi imam. Ketika al-Yazidi menjadi imam, beliau salah dalam membaca surah al-Fatihah (!!). Setelah shalat al-Kisa’i berkata dalam bentuk untaian syair :



احفظ لسانك لا تقل فتبتلى

إن البلاء مو كل بالنطق



“Jagalah lisanmu jangan berkomentar, sebab engkau pun dapat ditimpa ujian; Sesungguhnya bala’ itu dapat disebabkan oleh ucapan”.

(Thabaqat al-Mufassirin : 1/403, ad-Dawudi).



- Ada orang yang berkata : “Aku pernah mencela seseorang yang telah hilang sebagian giginya. Lalu gigiku pun lenyap semuanya!”. (Al-Adab asy-Syar’iyyah : 1/341, Ibnu Muflih).



Semoga kita dapat mengambil ibrah dari beberapa kisah tersebut. Terakhir, dengarlah nasihat dari Ibrahim an-Nakha’i, beliau berkata:



“Sesungguhnya aku mendapatkan jiwaku membisikkan kepadaku agar mengatakan sesuatu. Tidaklah ada yang mencegahku dari mengatakannya melainkan kekhawatiranku akan tertimpa seperti yang kuucapkan”. (Dzamm al-Baghyi : 56, Ibnu Abid Dunya).



Wallahua'lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar