Ada Penjelasan hadits bagus nih tentang keutamaan Niat....
Mudah-mudahan bermanfaat, mohon maaf bila yang sudah pernah membaca.
Dari Abu Abdillah Jabir bin Abdillah al-Anshari Radhiyallahu Anhuma berkata, "Kami bersama Nabi SAW dalam salah satu peperangan, kemudian beliau bersabda, "Sesungguhnya di Madinah ada beberapa orang yang apabila kalian menempuh perjalanan atau menyeberangi lembah, mereka pasti akan menyertai kalian, sedangkan yang menghalangi mereka hanyalah sakit". Dalam riwayat lain disebutkan ,"Melanikan mereka selalu mernyertai kalian dalam mendapatkan pahala." (HR Muslim)
Dalam Riwayat lain disebutkan, Dari Anas RA, ia berkata, "Kami bersama-sama dengan Nabi SAW kembali dari Peperangan Tabuk, kemudian beliau menjelaskan,"Sesungguhnya masih ada beberapa kaum atau orang yang kami tinggalkan di Madinah, mereka senantiasa menyertai kita, baik sewaktu kita keluar masuk pedusunan maupun sewaktu menyeberangi lembah, yang menghalangi mereka hanyalah uzur". (HR Bukhari)
Penjelasan Hadits :
Makna Hadits diatas bahwa jika manusia berniat untuk beramal shalih, tetapi tidak bisa melakukannya karena halangan yang mencegahnya, maka pahalanya akan tetap dicatat untuknya sesuai dengan niatnya.
Atau jika dia selalu melakukannya ketika tidak ada uzur dan ketika mampu mengerjakannya, kemudian dia tidak bisa melakukannya karena uzur, maka pahala amalnya akan dicatat secara penuh karena Nabi SAW bersabda ,"Jika seorang hamba sakit atau berpergian, maka akan dicatat baginya pahala amal yang biasanya dia kerjakan ketika dalam keadaan sehat dan muqim."
Jika orang yang mengharapkan suatu kebaikan dan gigih melaksanakannya menjadi kebiasaannya tetapi kemudian ada uzur yang menghalanginya, maka akan dicatat pahala baginya secara penuh.
Misalnya, jika kebiasaan seseorang melaksanakan sholat jama'ah di Masjid, tetapi dia ada uzur, seperti tertidur, sakit dan sebagainya, maka dicatat baginya pahala shalat berjamaah secara sempurna tanpa dikurangi.
Begitu juga jika dia terbiasa mengerjakan shlalat sunnah, suatu saat ada uzur yang menghalanginya sehingga dia tidak bisa mengerjakannya, maka pahalanya akan dicatat secara sempurna. Masih banyak lagi contoh lainnya.
Dalam hadits ini terdapat isyarat bahwa orang yang keluar di jalan Allah untuk berperang dan berjihad, maka dia mempunyai pahala seperti pahala yang biasanya dia peroleh pada hari-hari sebelumnya. Oleh karena itu Nabi SAW bersabda," Apabila kalian menempuh perjalanan atau menyeberangi lembah, mereka senantiasa mengikut kalian."
Pernyataan ini diperkuat oleh firman Allah dalam Al-Qur'an,
"Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab badui yang berdiam di sekitar mereka untuk tidak turut menyertai Rasulullah (pergi berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu adalah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah. Dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membagkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik, dan mereka tiada menafkahkan suatu nafkah yang kecil dan tidak (pula) yang besar dan tidak melintasi suatu lembah, melainkan dituliskan bagi mereka (amal salih pula) karena Allah akan memberikan balasan kepada mereka (dengan balasan) yang lebih baik dari apa yang telah merkea kerjakan" (At Taubah: 120-121)
Misalanya ada seseorang yang selalu menyempurnakan wudhu di rumah dan kemudian pergi ke mesjid untuk shalat, maka dia tidak melangkah satu langkah, kecuali dengannya Allah akan mengangkatnya satu derajat dan menggugurkan dengannya satu kesalahan. Jika dia berpergian dan tidak bisa menjalankan kebiasanannya itu, maka dia akan diganjar sebagaimana kebiasaannya. Ini termasuk karunia Allah SWT. Semoga dengan pahal yang besar itu bisa menjadi pendorong baik kita untuk beramal, seperti yang dijelaskan Rasulullah SAW.
Wallahu al-muwaffiq.
Diringkas dari Syarah Riyadhus Shalihin, disyarah oleh Syaikh Muhammad Al-Utsaimin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar