Selasa, 10 Mei 2011

HIKMAH DIBALIK PENCIPTAAN JIN DAN MANUSIA

Assalamu’alaikum wr wb.

Jaman yang kita alami sekarang ini, tidak jauh berbeda dengan jaman Jahiliyah sebelum Rosul diutus. Pada jaman sebelum Rosul diutus, masyarakat Arab Jahiliyah banyak mencari sembahan-sembahan selain Allah (dengan membuat patung-patung berhala). Sedangkan pada jaman sekarang ini, kita lihat betapa banyak manusia “dikarenakan tingginya tuntutan hidup”, berusaha mencari rejeki dengan cara-cara yang tidak diijinkan Allah, seperti pergi ke Paranormal, ke dukun, dan yang serupa seperti itu. Banyak manusia melupakan prinsip qona’ah dalam hidup ini sesuai yang diajarkan oleh Rosul, sehingga banyak diantara kita berusaha “menghalalkan segala cara” sampai dengan melanggar konsep Tauhid, dengan pergi ke dukun, paranormal maupun yang lainnya untuk mengetahui peruntungannya,, juga percaya kepada fengshui, dan yang sejenisnya.

Dahulu pada saat Rosulullah diutus menjadi Rosul, beliau khusus berdakwah tentang pemurnian Tauhid selama 13 Tahun di Mekkah. Maka sudah selayaknya, saat ini di jaman kita sekarang, kita harus kembali mempelajari dan mendalami pemurnian Tauhid, agar kita bisa selamat hidup di dunia ini dan bisa bertemu dengan Allah kelak di Surga…Amiiinnn..

Berikut ada beberapa kutipan ayat dan hadits (ringkasan), penjelasan dari Syarah Kitab Tauhid karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah yang akan dibagi menjadi beberapa artikel… Semoga bisa bermanfaat dan menjaga Tauhid kita agar tidak ternoda dengan syirik-syirik kecil apalagi yang besar…

Hikmah di balik penciptaan jin dan manusia, yakni agar menyembah Allah, serta penolakan terhadap segala objek sesembahan selain Allah.

Allah berfirman:

'Dan Aku tidak menciptakan jin dan Manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizqi dari mereka sedikit pun dan Aku tidak menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah Dialah Maha pemberi rizqi yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh."(QS. 51: 56-58)

Allah SWT menerangkan kita bahwa Dialah yang menciptakan jin dan manusia, dan tujuan dari penciptaan mereka adalah agar mereka beribadah hanya kepada-Nya saja, dan menjauhi menyembah selain-Nya. Dia tidak menciptakan mereka untuk keuntungan-Nya, melainkan agar menyembah-Nya semata; Dia telah menjamin segala kebutuhan mereka, sesungguhnya Dialah yang Maha Terpercaya dalam menepati janji dan Dia mampu memenuhinya, karena Dialah yang Maha Kuasa.

Seperti dijelaskan di atas, bahwa manusia diciptakan adalah untuk beribadah, maka kemudian yang harus kita ketahui adalah, ibadah yang seperti apa? Apakah ibadah ini adalah yang dimaksud dengan sholat, dzikir, puasa dan ibadah seperti itu saja.

Berikut ada penjelasan yang cukup jelas dari Syaikhul Ibnu Taimiyah Rahimahullah, sbb :

Beliau rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun yang nampak (lahir). Maka shalat, zakat, puasa, haji, berbicara jujur, menunaikan amanah, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung tali kekerabatan, menepati janji, memerintahkan yang ma’ruf, melarang dari yang munkar, berjihad melawan orang-orang kafir dan munafiq, berbuat baik kepada tetangga, anak yatim, orang miskin, ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan), berbuat baik kepada orang atau hewan yang dijadikan sebagai pekerja, memanjatkan do’a, berdzikir, membaca Al Qur’an dan lain sebagainya adalah termasuk bagian dari ibadah. Begitu pula rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, takut kepada Allah, inabah (kembali taat) kepada-Nya, memurnikan agama (amal ketaatan) hanya untuk-Nya, bersabar terhadap keputusan (takdir)-Nya, bersyukur atas nikmat-nikmat-Nya, merasa ridha terhadap qadha/takdir-Nya, tawakal kepada-Nya, mengharapkan rahmat (kasih sayang)-Nya, merasa takut dari siksa-Nya dan lain sebagainya itu semua juga termasuk bagian dari ibadah kepada Allah.” (Al ‘Ubudiyah, cet. Maktabah Darul Balagh hal. 6).

Dari ayat diatas juga terkandung pengertian bahwa Allah lah satu-satunya pemberi Rizki, bukan manusia maupun yang lain. Maka kita dilarang “meminta-minta” kepada manusia, namun bila kita meminta, haruslah kepada Allah.

Sesuai dengan hadits berikut ini yang diambil dari Dalam Kitab Shahih Al Jami’ disebutkan sebuah hadits dari Rasulullah SAW yang berbunyi: “Sesungguhnya malaikat Jibril menghembuskan ke dalam hatiku bahwasanya jiwa hanya akan mati sampai tiba masanya dan memperoleh rezekinya, maka bertakwalah kepada Allah, carilah nafkah yang baik, jangan bermalas-malasan dalam mencari rezeki, terlebih mencarinya dengan bermaksiat kepada Allah karena sesungguhnya Allah tidak akan memberikan apa yang dicarinya kecuali dengan taat kepadaNya.”(HR Abu Dzar dan HR Hakim)

Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), "Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Allah dan carilah nafkah dengan cara yang baik, karena sesungguhnya seseorang sekali-kali tidak akan meninggal dunia sebelum rezekinya disempurnakan, sekalipun rezekinya terlambat (datang) kepadanya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan carilah rezeki dengan cara yang baik, ambillah yang halal dan tinggalkanlah yang haram." (Hadits shahih, Shahih Ibnu Majah no. 1743 dan Ibnu Majah II: 725 no. 214)

Yakinlah sesuai dengan hadits diatas, bahwa Allah lah pemberi rejeki, sementara manusia hanyalah sebagai salah satu jalan sampainya rejeki dari Allah kepada kita.

Marilah kita berusaha untuk Memurnikan Tauhid kita, membersihkan diri kita dari syirik besar maupun kecil, karena sesuai dalam ayat Al Qur’an yang lain yang mengatakan ,” Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan dia mengampuni dosa yang selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya.” (An Nisaa :116)

Wallahua’lam bishowab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar