Minggu, 01 Mei 2011

PERBUATAN MANUSIA DITENTUKAN DI AKHIRNYA

Bismillahirrohmaanirrohiim..

Berikut ada penggalan hadits takdir yang cukup panjang,

Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud ra berkata, Rasulullah saw yang jujur dan terpercaya bersabda kepada kami, “………..Demi Allah, Dzat yang tiada tuhan selain Dia, sesungguhnya ada diantara kalian yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni surga hingga jarak antara dia dan dengan surga hanya sehasta (dari siku s/d ke ujung jari), namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni neraka, maka ia pun masuk neraka.
Ada juga yang melakukan perbuatan-perbuatan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Namun suratan takdirnya sudah ditetapkan, lalu ia melakukan perbuatan penghuni surga maka ia pun masuk surga". (HR Bukhari dan Muslim)

Sejalan juga dengan hadits berikut ini riwayat Bukhori, “Rasulullah saw bersabda,"Sesungguhnya segala perbuatan ditentukan bagian akhirnya." (HR Bukhari).

Bila kita mengacu pada hadits-hadits semakna diatas, maka jelaslah bagi kita, bahwa kita dilarang “menghina” maupun merendahkan perbuatan baik sekecil apapun, juga mencela orang lain yang membuat keburukan. Yang boleh kita lakukan adalah mencela keburukannya (kelakuannya), bukan “orang” nya…

Telah banyak kisah-kisah jaman dahulu dimulai dari jaman Nabi, dimana kita lihat bahwa pembunuh paman nabi, Sayidina Hamzah RA, Wahsy bin Harb, pada akhir hidupnya telah mendapatkan Hidayah dari Allah, begitu pula Hindun binti Utbah, wanita yang menyuruh Wahsy bin Harb untuk membunuh Hamzah RA, dan berusaha memakan jantung/hati beliau, namun tidak sanggup menelannya, hingga memuntahkannya kembali.

Masih ada lagi hadits tentang pembunuh yang telah membunuh 99 orang, yang kemudian datang hidayah kepadanya untuk bertobat, walaupun ia masih menggenapkan untuk membunuh orang lagi menjadi 100 orang, dikarenakan jawaban yang diminta si pembunuh tidak memuaskan pembunuh tersebut, tetapi pada akhirnya tekad tobat tersebut (yang tentunya atas takdir dan hidayah dari Allah) telah membuat tobatnya diterima, dan dia masuk surga (walaupun belum sempat berbuat baik).

Maka berbekal beberapa kisah diatas, marilah kita tidak menilai keburukan seseorang menyebabkan kita “mencaci, mengumpat, mendoakan yang buruk” terhadap orang tersebut. Cukuplah kita mendoakan saja agar orang-orang yang berbuat salah (dikarenakan ketidaktahuannya) mendapatkan hidayah dari Allah, sehingga di akhir hidupnya bisa bertobat.

Sesuai dengan firman Allah dalam surah Al Maidah ayat 8, “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Maka kita disuruh berbuat adil, dalam menilai seseorang. Kita tidak boleh subjektif, melainkan harus objektif, sehingga kita Insya Allah bisa mendekat ke derajat Taqwa.

Mari kita selalu berusaha untuk berbaik sangka, adil dalam menilai, tidak subjektif, serta selalu berdoa kepada Allah, agar kita bisa terus mendapatkan taufik dan hidayah, serta istiqomah dalam beribadah, agar diakhir hayat kita, kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mendapatkan takdir yang buruk, yang mengakibatkan kita bisa masuk kedalam neraka, dan kita termasuk dalam orang-orang yang mendapatkan hidayah (terus) dan ampunan di hari akhir kita meninggalkan dunia ini..amin…

Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar