Oleh: Farid Nu’man Hasan
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum Ustadz
Semoga ustadz beserta keluarga selalu dalam lindungan Nya dan dalam kondisi Sehat wal afiat selalu.
Saya mau menanyakan tentang Zakat. Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar dari salah satu Ustadz, ditempat saya mengaji, bahwa Zakat Maal itu adalah diambil dari Harta Emas, Perak dan yang sesuai dengan hadits (bila peternakan, nilainya sekian dan bila pertanian, nilainya sekian, tergantung sistem pertaniannya dll).
Saya mau menanyakan tentang Zakat. Beberapa waktu yang lalu, saya mendengar dari salah satu Ustadz, ditempat saya mengaji, bahwa Zakat Maal itu adalah diambil dari Harta Emas, Perak dan yang sesuai dengan hadits (bila peternakan, nilainya sekian dan bila pertanian, nilainya sekian, tergantung sistem pertaniannya dll).
Ustadz
di tempat saya mengaji mengatakan bila harta kita berupa selain yang
disebutkan diatas tidak diwajibkan di zakati. Misalnya saya memiliki
rumah 3 unit, mobil 5 unit, maka rumah ke 2, mobil ke 2 dst tidak perlu
dizakati, walaupun kita dikatakan orang yang lebih dari cukup, (masuk
nisab harta bila dihitung).
Mohon penjelasan ustadz, apakah pendapat tersebut benar, karena ustadz yang ditempat saya mengatakan, kalo ada kelebihan harta (selain emas, perak, uang dll) cukup di sedekahkan saja, bukan masuk dari kriteria zakat. (@abu ammar)
Mohon penjelasan ustadz, apakah pendapat tersebut benar, karena ustadz yang ditempat saya mengatakan, kalo ada kelebihan harta (selain emas, perak, uang dll) cukup di sedekahkan saja, bukan masuk dari kriteria zakat. (@abu ammar)
Jawaban:
Bismillah wal hamdulillah wash shalatu was salamu ‘ala rasulillah wa ‘ala aalihi wa ashhabihi wa man waalah, wa ba’d:
Jazakallah khairan atas doanya, Alhamdulillah sampai saat ini saya dan keluarga dalam keadaan sehat ..
Ya, tidak
ada zakat pada harta yang kita gunakan sendiri seperti rumah,
kendaraan, pakaian, walaupun berjumlah banyak kecuali jika itu
diperdagangkan . Nah, jika seseorang membeli barang-barang
tersebut untuk dijual, maka barang tersebut wajib dikeluarkan zakatnya
jika sudah mencapai nishabnya dan jika sudah satu haul (setahun), yaitu
dengan cara ditaksir harganya dan dikeluarkan dalam bentuk harganya itu,
sebanyak 1/40 harganya. Itu kategori Zakat At Tijarah (zakat perniagaan).
Abu
Amr bin Himas menceritakan, bahwa ayahnya menjual kulit dan alat-alat
yang terbuat dari kulit, lalu Umar bin Al Khathab berkata kepadanya:
يَا
حِمَاسُ ، أَدِّ زَكَاةَ مَالَك ، فَقَالَ : وَاللَّهِ مَا لِي مَالٌ ،
إنَّمَا أَبِيعُ الأَدَمَ وَالْجِعَابَ ، فَقَالَ : قَوِّمْهُ وَأَدِّ
زَكَاتَهُ.
“Wahai
Himas, tunaikanlah zakat hartamu itu.” Beliau menjawab: “Demi Allah,
saya tidak punya harta, sesungguhnya saya cuma menjual kulit.” Umar
berkata: “Perkirakan harganya, dan keluarkan zakatnya!” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam Al Mushannaf No. 10557, Abdurrazzaq dalam Al Mushannaf No. 7099, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 7392)
Ada
pun untuk barang-barang yang tidak produktif, baik dipakai sendiri,
atau mengendap saja di rumah, seperti perabot, kendaraan, tanah, dan
semisalnya tidaklah kena zakat, kecuali produktif, yaitu disewakan,
dijual, atau hasil tanahnya dijual, maka itu yang dizakatkan, jika sudah
mencapai nishab.
Untuk mempertegasnya akan saya sampaikan beberapa fatwa para ulama dalam hal barang yang tidak produktif.
1. Fatwa Syaikh Abdul Karim bin Abdullah Al Khudhair
السؤال: اشترى رجل أرضاً يريد أن يبني عليها استثماراً بعد سنة من شرائها فهل يجب عليه فيها الزكاة في هذه السنة وما بعدها؟
الجواب:
أرض الاستثمار لا تجب الزكاة في عينها، اللهم إلا إذا اشتريت هذه الأرض بنية التجارة ليبيع هذه الأرض، أي: يُتاجر فيها، أما أن يقيم عليها مشروعاً يستغل فإن الزكاة في نتاجه، في أجرته، فيما يخرجه من غلة وما أشبه ذلك، أما أصل الأرض ليس عليها زكاة، هذا يريد أن يقيم عليها مشروعاً، فإذا أقام المشروع وأخذ المشروع في الإنتاج فالزكاة معروفة، فإذا أقام عليها مشروعاً سكنياً مثلاً وأجّر هذا المشروع فإن الزكاة في الأجرة وليست في الأرض، ولا في العمارة، إنما الزكاة في الأجرة، لو أقام عليها زراعة فالزكاة في ثمرتها، وهكذا، لكن لو أقام عليها محلاً تجارياً وملأه بالبضائع المعدة للتجارة فالزكاة على البضائع، والمبنى لا زكاة عليه، الزكاة على البضائع تُقَوَّم كلما حال عليها الحول وتزكّى.
أرض الاستثمار لا تجب الزكاة في عينها، اللهم إلا إذا اشتريت هذه الأرض بنية التجارة ليبيع هذه الأرض، أي: يُتاجر فيها، أما أن يقيم عليها مشروعاً يستغل فإن الزكاة في نتاجه، في أجرته، فيما يخرجه من غلة وما أشبه ذلك، أما أصل الأرض ليس عليها زكاة، هذا يريد أن يقيم عليها مشروعاً، فإذا أقام المشروع وأخذ المشروع في الإنتاج فالزكاة معروفة، فإذا أقام عليها مشروعاً سكنياً مثلاً وأجّر هذا المشروع فإن الزكاة في الأجرة وليست في الأرض، ولا في العمارة، إنما الزكاة في الأجرة، لو أقام عليها زراعة فالزكاة في ثمرتها، وهكذا، لكن لو أقام عليها محلاً تجارياً وملأه بالبضائع المعدة للتجارة فالزكاة على البضائع، والمبنى لا زكاة عليه، الزكاة على البضائع تُقَوَّم كلما حال عليها الحول وتزكّى.
Pertanyaan:
“Ada
seseorang yang memberi tanah dan ia ingin membangun kebun di sana.
Setelah satu tahun dari waktu pembeliannya, apakah ia harus mengeluarkan
zakat dari tanah tersebut dan begitu pula tahun selanjutnya?”
Jawab,
Tanah
yang dijadikan kebun tidak wajib untuk dizakati. Kecuali jika tanah
tersebut ingin dibisniskan. Adapun jika di tanah tersebut ditanam
sesuatu, maka zakatnya adalah dari tanaman tersebut atau dari
penjualannya yang merupakan hasil dari tanah tersebut. Jadi, tanah
itu sendiri tidak ada zakatnya. Baru ada zakat, jika tanah tersebut
dimanfaatkan. Jika pemanfaatn itu memiliki hasil, itulah yang dikenai
zakat. Jika tanah tersebut memiliki bangunan (misalnya), lalu
ada keuntungan dari bangunan tersebut, maka zakat ditarik dari
keuntungannya dan bukan ditarik dari tanah dan bukan pula ditarik dari
kontruksi bangunan. Sekali lagi zakatnya ditarik dari hasil (keuntungan)
tadi. Jika tanah tersebut terdapat tanaman, maka zakatnya ditarik dari
hasil tanaman (yaitu buah, dll). Demikian seterusnya. Jika di atas tanah
tersebut didirikan sesuatu yang diperdagangkan, maka zakatnya diambil
dari hasil perdagangan barang tersebut. Sedangkan bangunannya tidak
dikenai zakat apa-apa. Zakat hanya diambil dari keuntungan penjualan
barang-barang dagangan yang ada. Ketika keuntungan tersebut telah
bertahan satu tahun (haul), maka barulah dikeluarkan zakatnya.
1. Syaikh muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin Rahimahullah
أما السؤال الثاني وهو الأرض التي اشتراها ليبني عليها بناء ولكنه لم يتمكن من البناء عليها لعدم وجود ما يبنيها به فإنه ليس فيها زكاة لأن العقارات التي لا تعد في البيع والشراء أي لا يريد التكسب ببيعها وشرائها ليس فيها زكاة لأنها من العروض والعروض لا تجب فيها الزكاة إلا إذا قصد بها الاتجار وعلى هذا فليس عليه زكاة في هذه الأرض ولو بقيت سنوات كما أنه ليس عليها زكاة إذا بناها أيضاً واستغلها لكن إذا استغلها فإن عليه الزكاة في أجرتها.
Adapun pertanyaan kedua, tanah yang dibeli untuk didirikan bangunan di
atasnya, maka dia tidak ada zakat karena tanah milik yang tidak
dipersiapkan untuk dijualbelikan yaitu yang tidak diambil keuntungan
dari jual belinya, tidaklah terkena zakat, karena itu termasuk harta
yang ditempati, dan harta seperti itu tidak wajib dizakatkan kecuali
jika dimaksudkan untuk dijual, oleh karena itu tidak ada zakat atas
tanah itu, walau pun keberadaannya bertahun-tahun lamanya, dan tidak
pula ada zakat jika didirikan bangunan dan ditanamkan sesuatu di
atasnya, tetapi jika ditanamkan sesuatu maka zakatnya ada pada harga tanaman itu (jika dijual). (Fatawa Nur ‘Alad Darb, Az Zakah wash Shiyam, No. 199)
Dalam fatwanya yang lain:
س ـ أمتلك قطعة أرض ، ولا أستفيد منها ، وأتركها لوقت الحاجة ، فهل يجب علي أن أخرج زكاة عن هذه الأرض ؟ .. وإذا أخرجت الزكاة هل علي أن أقدر ثمنها في كل مرة ؟
ج ـ ليس عليك زكاة في هذه الأرض لأن العروض إنما تجب الزكاة في قيمتها ، إذا أعدت للتجارة ، والأرض والعقارات والسيارات والفرش ونحوها عروض لا تجب الزكاة في عينها ، فإن قصد بها المال أعني الدراهم بحيث تعد للبيع والشراء والاتجار ، وجبت الزكاة في قيمتها . وإن لم تعد كمثل سؤالك فإن هذه ليست فيها زكاة .
Pertanyaan:
Saya mempunyai sebidang tanah, namun tidak menghasilkan apa-apa dan saya biarkan begitu saja. Wajibkah saya mengeluarkan zakat tanah tersebut ? Jika dikeluarkan zakatnya, wajibkah saya memperhitungkan zakatnya ?
JAWAB AN:
Tanah seperti ini tidak wajib dizakati. Semua barang wajib dizakati saat
diperdagangkan. Pada dasarnya tanah, berbagai tanah milik (‘aqarat),
kendaraan atau barang-barang lainnya, maka semuannya termasuk harta
pemilikan dan tidak wajib dizakati kecuali jika dimaksudkan memperoleh
uang, yakni diperjualbelikan atau diperdagangkan. (Fatawa Islamiyah, 2/140. Disusun oleh Muhammad bin Abdul Aziz Al Musnad)
2. Syaikh Muhammad Khaathir Rahimahullah (mufti Mesir pada zamannya)
Katanya:
لا تجب فى الأرض المعدة للبناء زكاة إلا إذا نوى التجارة بشأنها
Tanah
yang dipersiapkan untuk didirikan bangunan tidak wajib dizakati,
kecuali diniatkan untuk dibisniskan dengan mengembangkannya. (Fatawa Al Azhar, 1/157. Fatwa 15 Muharam 1398)
3. Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz Rahimahullah (Mufti Arab Saudi pada zamannya)
س : إذا كان لدى الإنسان قطعة أرض ولا يستطيع بناءها ولا الاستفادة منها ، فهل تجب فيها الزكاة ؟
ج
: إذا أعدها للبيع وجبت فيها الزكاة ، وإن لم يعدها للبيع أو تردد في ذلك
ولم يجزم بشيء ، أو أعدها للتأجير فليس عليه عنها زكاة ، كما نص على ذلك
أهل العلم ؛ لما روى أبو داود رحمه الله عن سمرة بن جندب -رضي الله عنه-
قال : « أمرنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نخرج الصدقة مما نعده
للبيع » .
Pertanyaan:
Jika
manusia punya sebidang tanah dan dia tidak mampu mendirikan bangunan
dan tidak pula bisa memanfaatkannya, apakah tanah itu wajib dizakati?
Jawaban:
Jika dia mempersiapkannya untuk dijual maka wajib dikelurkan zakat, jika tidak untuk dijual atau ragu-ragu dan belum pasti, atau tidak
untuk disewa, maka tidak ada kewajiban zakat atasnya. Sebagaimana ulama
katakan tentang hal itu, karena telah diriwayatkan oleh Abu Daud Rahimahullah, dari Samurah bin Jundub Radhiallahu ‘Anhu, katanya: “Kami diperintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengeluarkan zakat dari apa-apa yang diperdagangkan.” (Majalah Al Buhuts Al Islamiyah, 56/124)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar