Senin, 27 September 2010

Ringkasan tafsir Al Baqarah ayat 6 dan 7 tentang sifat Orang Kafir.




Ringkasan Tafsir surah dan ayat dari beberapa kitab Tafsir

Berikut dibawah ini ada ringkasan tafsir yang diambil dari beberapa kitab tafsir…
Diringkas sedemikian rupa, dikurangi arti kata dasar, asal kata, arti kata yang bersendiri, ataupun yang digabungkan dengan kata didepan/dibelakangnya..demi mempersingkat penulisan, tanpa mengurangi tafsir secara keseluruhan.

Mudah-mudahan bermanfaat dan tidak keluar dari kaidah Tafsir yang dimaksud dalam kitab itu sendiri…Wallahua’lam…

QS Al Baqarah ayat 6 dan 7.

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. (QS Al Baqarah ;6)
Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat (QS Al Baqarah :7)

Berikut akan di bahas tafsir untuk ayat diatas dengan diambil dari beberapa kitab tafsir, spt Tafsir Al Qurthubi, Tafsir Fathul Qadir, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Abbas, dan Tafsir As Sadi.

Ayat 6 ;

Ringkasan Tafsir Al Qurthubi

Kekufuran adalah lawan keimanan. Inilah yang dimaksudkan dalam ayat diatas. Namun terkadang kufur juga bermakna mengingkari nikmat dan kebaikan, sebagaimana contoh dari Sabda Rosul SAW tentang kaum perempuan dalam hadits di bawah ini :

“Dulu aku pernah diperlihatkan api neraka. Tidak ada satupun pemandangan yang paling buruk seperti pemandangan yang kulihat waktu itu. Aku juga melihat sebagian besar penghuninya adalah kaum perempuan,” Ada yang bertanya ,”Kenapa , wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Karena KEKUFURAN mereka” Ada yang bertanya, “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab, “Mereka kufur kepada suami dan kufur kepada kebaikan. Jika kamu (laki-laki) berbuat baik kepada salah seorang dari mereka (istri) selama setahun penuh, kemudian dia melihat sesuatu (yang tidak menyenangkannya) dari dirimu maka dia berkata,”Aku tidak pernah sekalipun melihat kebaikan darimu.” (HR Bukhari dlm pembahasan tentang Gerhana)

Kaafir juga berarti malam, karena kegelapam malam menutupi segalanya.

Dengan ayat ini Allah ingin memberitahukan bahwa ada diantara manusia yang keadaannya seperti ini, tanpa menyebutkan siapa dia.

Ringkasan Tafsir Fathul Qadir

Allah SWT menyebutkan golongan yang buruk setelah selesai menyebutkan golongan yang baik, yang berarti memisahkan perkataan ini dari perkataan yang pertama dan menandainya dengan sesuatu yang menyatakan bahwa pemberian peringatan tidak melahirkan manfaat bagi orang-orang kafir, tuntutan keimanan pun tidak berlaku pada mereka dan keberadaannya sama dengan tidak ada.

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.

Allah ‘azza wa jalla’ berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang kafir” yaitu orang-orang yang menutup kebenaran dan menyembunyikannya. Dan Allah telah menetapkan hal itu bagi mereka, baik mereka diberi peringatan ataupun tidak. Mereka akan tetap kafir dan tidak mempercayai apa yang engkau (Muhammad) bawa kepada mereka.
Sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla’
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabb-mu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih” (QS Yunus :96-97)
Dan Allah berfirman tentang orang-orang yang keras kepala dari kalangan Ahli Kitab:
“Dan sesungguhnya jika kamu mendatangkan kepada orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi al Kitab (Taurat dan Injil), semua ayat (keterangan), maka mereka tidak akan mengikuti kiblatmu” (QS Al Baqarah 145)
Maksudnya, orang yang telah Allah tetapkan hidup dalam kesengsaraan, ia tidak akan pernah merasakan kebahagiaan. Dan orang yang disesatkan oleh Allah, ia tidak akan pernah mendapatkan petunjuk. Maka jangan biarkan dirimu binasa dalam kesedihan karena mereka. Dan sampaikanlah risalah (Islam) kepada mereka. Maka barang siapa yang menyambut seruanmu, ia mendapat bagian yang banyak. Dan barang siapa berpaling, maka janganlah engkau bersedih karena perbuatan mereka, dan janganlah hal itu terlalu engkau pikirkan.
Allah ‘azza wa jalla” berfirman,
“Sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka” (QS Ar-Ra’d :40)
“Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu” (QS Huud : 12)

Ringkasan Tafsir Ath Thabari.

Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang ayat ini, ia berkata, ‘Dahulu Rasulullah SAW sangat menginginkan semua orang beriman dan mengikuti petunjuk. Maka Allah Ta’ala mengabarkan bahwa tidak akan beriman kecuali orang-orang yang seblumnya telah Allah tetapkan kebahagiaan baginya dalam suratan takdir. Dan tidak akan sesat kecuali orang yang sebelumnya telah Allah tetapkan kesengsaraan baginya dalam suratan takdir” (Tafsir ath Thabari)

Ringkasan Tafsir As Sa’di

Allah ‘azza wa jalla’ mengabarkan, “Sesungguhnya orang-orang kafir” yaitu mereka yang bersifat dengan kekufuran dan terwarnai dengannya, lalu menjadi sifat yang lazim bagi mereka, dimana tidak ada seorangpun yang dapat menghalangi mereka darinya, nasihat tidak berguna pada mereka dan mereka selalu tetap dalam kekufuran mereka, maka itu sama saja bagi mereka, “Kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak akan beriman”, hakikat kekufuran adalah mengingkari sesuatu yang datang dari Rasul, atau mengingkari sebagiannya, tidak akan ada manfaatnya dakwah bagi mereka orang-orang kafir, kecuali hanya sebatas menegakkan hujjah atas mereka, seolah-olah dalam hal ini hanya keinginan kuat rasulullah dalam mewujudkan keimanan mereka, dan bahwasanya kam jangan bersedih hati untuk mereka, dan janganlah dirimu menyesali mereka.
Kemudian Allah ‘azza wa jalla’ menyebutkan beberapa penghalang yang menghalangi mereka dari keimanan seraya berfirman, di ayat selanjutnya (ayat 7)


Ayat 7 :

Ringkasan Tafsir Al Qurthubi.

Pada ayat ini ada beberapa masalah :

1. Firman Allah ‘azza wa jalla “khotamallohu” (Allah telah mengunci-mati). Dalam ayat ini Allah ‘azza wa jalla’ menjelaskan faktor yang menghalangi mereka dari iman dengan firman Nya Al Khotm yang maknanya adalah menutup atas sesuatu hingga tidak ada sesuatupun yang masuk. Ahli Makna berkata, “Allah ‘azza wa jalla’ menyebutkan 10 sifat hati orang-orang kafir, yaitu :
a. Ingkar (al inkaar)
(QS An Nahl : 22)
b. Berpaling (al inshiraaf)
(QS At-Taubah : 127)
c. Sombong (al hamiyah)
(QS Al Fath :26)
d. Keras membatu (al qasaawah)
(QS Az Zumar : 22)
e. Mati (al maut)
(QS An’aam : 122)
f. Tertutup (ar-rain)
(QS Al Muthaffifiin :14)
g. Sakit (al maradh)
(QS Al Baqarah : 10)
h. Sesak (Adh-dhaiq)
(QS Al An-aam : 125)
i. Dikunci mati (Ath-tab-u)
(QS Al Munafiquun : 3)
j. Dikunci mati (Al Khatm)
(QS Al Baqarah : 7)

2. Al Khatm pada hati adalah tidak mengindahkan firman-firman Allah ‘azza wa jalla’ dan tidak merenungkan ayat-ayatNya. Al Khatm pada pendengaran adalah tidak memahami Al Qur-an apabila dibacakan kepada mereka. Al Khatm pada penglihatan adalah tidak merenungi mahluk Nya dan keajaiban ciptaan Nya. Ini adalah pendapat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud, Qatadah dll.

3. Dalam ayat ini terdapat dallil yang paling jelas bahwa Allah ‘azza wa jalla’ adalah yang menciptakan hidayah (petunjuk) dan kesesatan, kekufuran dan keimanan.
Selain itu, makna Al Khatm dan Ath Thab’u bermakna sesuatu yang diciptakan Allah di dalam hati yang dapat menghalangi iman. Dlailnya adalalh firman Allah ‘azza wa jalla’ “Demikianlah, Kami memasukkan (rasa ingkar dan memperolok-olokkan itu) kedalam hati orang-orang yangn berdosa (orang-orang kafir), mereka tidak beriman kepadanya (Al Qur’an)” (QS Al Hijr :15)

4. Dalam ayat ini terdapat bukti keutamaan hati atas seluruh anggota tubuh lainnya.

5. Anggota tubuh lain sekalipun tunduk kepada hati, namun terkadang hati terpengaruh-sekalipun dia adalah dan raja anggota tubuh-dengan perbuatan anggota tubuh lain, karena adanya keterikatan antara lahir dan batin. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya – bila - seseorang selalu jujur maka akan muncul dalam hatinya titik putih, dan sesungguhnya seseorang – bila – selalu bohong makak akan membuat hitam hatinya” (HR Tirmidzy)

6. Maksud hati di ayat ini adalah akal, sebab hati adalah tempat akal, menurut sebagian besar ulama, sesuai dengan ayat berikut ,”Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang yang mempunyai hati” (QS Qaaf 50 :37)

7. Ayat ini menjadi dasar tentang mengutamakan pendengaran dibandingkan penglihatan, karena pendengaran disebutkan sebelum penglihatan.

Wallahua’lam

Ringkasan Tafsir Fathul Qadir.

Abd bin Humaid meriwayatkan dari Qatadah tentang ayat ini, ia mengatakan, “Mereka mematuhi syetan sehingga syetan pun menguasai mereka, maka Allah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka ditutup sehingga mereka tidak dapat melihat petunjuk, tidak dapat mendengar, tidak dapat memahami dan tidak dapat memikirkan”

Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Penguncian pada hati dan pendengaran mereka, sedangkan tutup pada penglihatan mereka.

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.

Al A’masy berkata, “Mujahid mengisyaratkan kepada kami dengan tangannya seraya berkata “ Mereka berpendapat bahwa perumpamaan hati seperti ini, yakni telapak tangan. Jika seseorang berbuat dosa, maka dosa itu menutupinya. ‘Sambil membengkokkan jari kelingkingnya. Ia (Mujahid) mengatakan “Seperti ini, Jika ia berbuat dosa lagi, maka dosa itu menutupinya.” Mujahid membengkokkan jari yang lain ke telapak tangannya. Demikian seterusnya hingga seluruh jari-jemari menutup telapak tangannya. Setelah itu Mujahid berkata “Hati mereka itu terkunci mati” dan Mujahid mengatakan “Mereka memandang bahwa hal itu adalah ar-rain (Kotoran/dosa) (Tafsir ath Thabari)

Ringkasan Tafsir Adwha’ul Bayan Syaikh Asy Syanqithi.

Dalam ayat ini dapat disimpulkan, bahwa yang akan dikunci mati itu adalah hati dan pendengaran mereka, sedangkan yang akan ditutup adalah penglihatan mereka. Hal ini telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman Nya, “Maka pernahkan kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS Jaatsiyah :45)

Yang dimaksud dengan al Khatm (mengunci mati) adalah mengikat sesuatu agar apa-apa yang berada didalamnya tidak bisa keluar dan apa-apa yang berada diluarnya tidak bisa masuk ke dalamnya. Sedangkan ari “al ghisyaawah” adalah penutup mata yang berfungsi untuk menghalanginya agar tidak dapat melihat.

Ringkasan Tafsir As Sa’di adl sbb.

“Allah telah mengunci mati hati dan pendengaran mereka” yaitu menutupnya dengan penutup yang tidak dapat dimasuki oleh keimanan dan tidak bisa ditembus, akhirnya apa yang mereka lihat, tidak berguna bagi mereka dan apa-apa yang mereka dengarkan, tidak bermanfaat untuk mereka ,”dan penglihatan merkea ditutup” yaitu pelapis, penutup, dan penghalang yang menghalangi mereka dari melihat yang berguna bagi mereka, dan inilah jalan-jalan ilmu dan kebaikan dimana telah ditutup bagi mereka, tidak ada keingingan pada mereka dan tidak ada kebaikan yang diharapkan pada mereka, sesungguhnya mereka telah dihalangi dan ditutup bagi merka pintu-pintu keimanan yang disebabkan oleh kekufuran dan pengingkaran mereka serta keras kepala mereka setelah jelas bagi mereka kebenaran itu, sebagaimana Allah ‘azza wa jalla’ berfirman, “Dan kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya pada permulaannya” (QS Al An’am:10). Dan ini hanyalah hukuman yang sekarang, kemudian Allah menyebutkan hukuman yang akan datang seraya berfirman ,”Dan bagi mereka siksa yang amat pedih” yaitu adzab api neraka, kemurkaan yang Maha Perkasa yang terus menerus dan selamanya.

1 komentar: