Kamis, 23 September 2010

HADITS-HADITS DHO'IF YANG POPULER DI MASYARAKAT

HADITS-HADITS DHO’IF YANG POPULER DI MASYARAKAT.

Assalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh..

Seiring dengan seringnya kita mendengar ceramah-ceramah / pengajian-pengajian di televisi, mesjid, perkantoran dan lain-lainnya…sering kita mendengar para ustadz/penceramah mengatakan…Nabi SAW Bersabda,”….dst..dst” tanpa mencantumkan perawi hadits tsb…

Kemudian dengan yakinnya kita, para pendengar juga “melanjutkan” atau “menyambung lidah” dari para penceramah/ustadz tentang materi, dan isi hadits yang mengatakan ,”Nabi SAW bersabda,” dst..dst” tanpa mencatumkan periwayat hadits apalagi mengecek “Keshohihan” hadits tsb.

Mengacu pada kejadian diatas, serta dengan makin banyaknya literature-literatur hadits shohih dan hadits dhoih, berikut akan kami sampaikan beberapa hadits dho’if, dan maudhu (palsu), serta yang tidak ada asalnya (bukan dho’if maupun maudhu), sebagai informasi dan pengingat kita semua, agar kita kelak tidak dikatakan seperti perkataan nabi, ,” dari Abu Said Al Khudri, dari Nabi SAW,” Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendaklah menyiapkan tempatnya dari Neraka” (HR Muslim - 5326)
Selain itu sesuai dengan pesan nabi, maka alangkah baiknya kita mengecek setiap perkataan nabi / hadits nabi yang tidak disebutkan perawinya (karena dikhawatirkan yang disampaikan sebenarnya bukan perkataan nabi, atau hadits tsb Maudhu), yang mana sesuai pesan nabi melalui Abu Hurairah, “Rosulullah SAW bersabda, “ Akan muncul pada akhir umatku ini manusia menceritakan hadits kepadamu yang kmu belum pernah mendengarnya dan juga bapak-bapak kalian, maka waspadalh dirimu dari bahaya mereka” (HR Muslim -7).

Adapun tentang adanya pendapat tentang kebolehan menggunakan hadits lemah sebagai Fadhaa’il A’maal, maka para ulama sepakat bahwa ada 3 persyaratan penting yang harus diketahui dan dicamkan baik-baik oleh orang-orang yang menggunakan hadits lemah dalam fadhaa’il A’maal, yaitu :
1. Hadits tersebut kelemahannya ringan, tidak terlalu parah, seperti lemah sekali, tidak maudhu apalagi tidak ada dasarnya.
2. Orang yang mengamalkannya, mengetahui bahwa perbuatannya itu adalah bersandarkan pada hadits yang lemah, serta tidak berkeyakinan bahwa perkataan / perbuatan tersebut adalah dari Rasulullah SAW.
3. Hadits lemah tersebut didasari oleh dalil shohih yang bersifat global(1)

Marilah kita lihat hadits-hadits lemah/maudhu ini yang popular di masyarakat Indonesia, secara satu persatu (sebenarnya hadits yang seperti ini banyak sekali, namun cukup yang kita bahas adalah sangat popular di Indonesia yang sering dibawa untuk ceramah para ustadz-ustadz kita)


1. Meraih Kesuksesan Dunia Akherat Dengan Ilmu.


Berikut Kutipannya, “Barangsiapa yang menghendaki dunia, maka hendaknya ia berilmu. Dan barangsiapa yang menghedaki akhirat, maka hendaklah ia berilmu. Dan barangsiapa yang menghedaki keduanya, maka hendaklah ia berilmu”
Hadits diatas adalah TIDAK ADA ASALNYA.
Kutipan diatas, sebenarnya bukan hadits, hanyalah salah satu kata mutiara Imam Asy-Syafi’I, tanpa penggalan kata terakhir.

2. Belajar di saat Kecil.


“Perumpamaan seorang yang menuntut ilmu sejak kecilnya seperti mengukir di batu, dan perumpamaan seorang yang menuntut ilmu saat usia tua seperti menulis di atas air” ……(HR Thabarani, dalam Mu’jam al-Kabir, dari Abu Darda’)
Hadits diatas adalah Palsu / Maudhu, karena ada salah satu perawi bernama Marwan bin Salim asy-Syami, yang dilemahkan sekali oleh Imam al-Bukhari, Abu Hatim, Ibnu Hibban dll (Silsilah al-haadiits adh-Dha’iifah no 67)

3. Keutamaan Bulan Ramadhan.

“Seandainya sekalian hamba mengetahui keutamaan bulan Ramadhan, niscaya mereka berangan-angan agar setiap tahun dijadikan bulan Ramdhan seluruhnya….dst..dst..hadits panjang” (HR Khuzaimah)
Hadits tsb diatas adalah MAUDHU / PALSU. Karena dalam perawi terdapat Jarir bin Ayub al-Bajali, yang dikenal sebagai rawi pendusta yang Masyhur…

4. Tidak Makan Hingga Lapar.


“Kita adalah suatu kamu yang tidak makan hingga merasakan lapar, dan apabila kita makan, maka kita tidak kenyang (berhenti sebelum kenyang)”
Perkataan diatas adalah TIDAK ADA ASALNYA (bukan hadits nabi), namun perkataan diatas adalah perkataan / ucapan seorang dokter ahli dari Sudan…(ada dalam buku hadits-hadits bermasalah karangan Prof Dr Ali Mustafa Yaqub)

5. Kisah Tsa’labah bin Hatib RA.

“Celaka dirimu wahai Tsa’labah, sedikit tapi kamu syukuri itu lebih baik daripada banyak tapi engkau tidak sanggup untuk mengembannya” (dari Tafsir Ibnu Jarir ath-Thabari)
Ringkas ceritanya ,” Tsa’labah RA adalah seorang sahabat yang fakir tetapi rajin beribadah. Suatu saat ia memohon kepada Nabi SAW agar mendo’akannya supaya dikaruniai rizki. Nabi SAW pun mendo’akannya. Walhasil, dia bekerja sebagai pnggembala kambing. Waktu ke waktu berlalu, akhirnya ternaknya berkembang dengan pesat sekali, hingga lambat laun ia melalaikan dari sholat berjama’ah..dst..dst sampai akhir kisah (hadits panjang).
Hadits diatas adalah LEMAH SEKALI. Adz-Dzahabi berkata hadits ini Munkar Sekali(2)
Selain itu, kisah ini juga BATHIL ditinjau dari segi matan/isinya diantarannya :
a. TIdak adanya kesesuaian antara kisah dengan ayat,karean ayat ini bicara tentang orang munafik, sedangkan Tsa’alabah termasuk sahabat mulia, bahkan pengikut perang Badar, dan ahli ibadah, sehingga dijuluki dengan Mamah Masjid karena seringnya di Mesjid (3)
b. Mua’amalah Nabi SAW dengan Tsa’labah dalam kisah ini berbeda sekali dengan kebiasaan beliau dengan orang munafik, yaitu menerima uzur mereka.
c. Kisah ini menyelisihi kadiah umum bahwa orang yang bertaubat dari suatu dosa, apapun dosanya maka taubatnya diterima, latas mengapa Nabi SAW tidak menerima Taubat Tsa’labah?

6. Alqamah Mendurhakai Ibunya.

Ringkas cerita kurang lebih sebagai berikut “Alqamah adalah seorang ahli Ibadah. Tatkala dia dalam Sakaratul Maut, lidahnya tidak dapat mengucapkan kalimat laa ilaah illallaah. Rasul SAW pun mendatanginya seraya bertanya kepada para Shahabatnya, “Apakah ibunya masih hidup?” Jawab mereka “Masih” Sang ibu pun dihadirkan, lantas menjelaskan bahwa dirinya telah mengutuk si anak (Alqamah) karena dia lebih mengutamakan istrinya daripada dirinya. Nabi SAW meminta kepada sang ibu untuk mencabut kutukannya. Namun dia tidak bersedia, lantaran sudah terlanjur sakit hati. Akhirnya Nabi SAW pun menyuruh para sahabatnya agar mengumpulkan kayu bakar untuk membakar Alqamah, supaya lekas mati. Bagaimanapun juga, seorang ibu, dia tidak tega putranya mengalami nasib seperti itu, lalu mencabut kutukannya. Sedetik kemudian Alqamah mampu mengucapkan laa ilaaha illallaah. Lalu wafatlah dia” (al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman IV/197) hadits diatas adalah MAUDHU / PALSU.
Hadits diatas juga dilemahkan oleh para ulama lainnya seperti adz Dzhabi, asy Syaukani, al-Mundziri, dll.

7. ‘Abdurrahman bin ‘Auf merangkak.

“Aku melihat ‘Abdurrahman bin ‘Auf masuk Surga dengan merangkak” (diriwayatkan oleh Imam Ahmad VI/115)
Imam Ahmad sendiri berkata, “hadits ini dusta!”, dan An-Nasa-i juga berkata “Hadits Maudhu!”
Penjelasan : Imam Ibnul Jauzi RA berkata “Hadits bathil ini dijadikan pegangan oleh orang-orang jahil Sufi, bahwa harta adalah pencegah dari kebajikan seraya mengatakan “Kalau ‘Abdurrahman bin ‘Auf saja masuk surge dengan merangkak disebabkan hartanya, maka cukuplah hal itu sebagai celaan bagi harta”.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dengan tegas mengatakan “adapun apa yang diriwayatakan bahwa ‘Abdurrahman bin ‘Auf RA masuk surga dengan merangkak, maka ini adalah Maudhu, tidak ada asalnya (majmuu’ fataawaa XI/128)

8. Amal Dunia dan AKhirat.

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau hidup selamanya dan beramallah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati esok.” (TIDAK ADA ASALNYA secara marfu’)
Matan / isi hadits ini pun tidak benar, karena sesungguhnya kita manusia dianjurkan untuk mencari dunia sekedar kebutuhan saja(4)
Alangkah bagusnya perkataan Ibnu Taimiyyah, “Hendaknya harta bagi seorang hamba seakan seperti tempat buang hajat yang tidak ada ketergantungan dalam hatinya.

Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang Maudhu/bukan perkataan nabi yang sering dibicarakan oleh para penceramah, tanpa mengutip sumbernya atau minimal mengatakan perawinya, seperti, “Wanita adalah Tiang suatu Negara dst..dst…” “Dunia adalah ladang untuk Akhirat..” “ Kita kembali dari Jihad kecil menuju jihad yang lebih besar”..”Kisah kesetiaan istri kepada suaminya yang menyebabkan ayahnya masuk surga (karena kesetiaan istri pada suaminya tersebut) dan lain sebagainya.


Semoga kita semua dapat mengenali hadits-hadits yang Dho’if, terutama yang Munkar apalagi yang Maudhu, ataupun setidaknya kita tidak mudah menjadi penyambung lidah dari para ustadz/penceramah dalam mengemukakan / mengucapkan hadits yang Dho’if / munkar / Maudhu, terutama bila para penceramah tersebut tidak mengucapkan minimal perawi dari hadits tsb.
Dan mudah-mudahan, para ustadz/penceramah kita semakin berhati-hati dalam mengucakpan “Nabi SAW Bersabda….” Agar tidak terkena teguran nabi bahwa kita disuruh menyiapkan tempat tinggal kita di Neraka..Na’udzubillah …


Diambil dari buku Koreksi hadits-hadits Dha’if Populer, karangan Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar As-Sidawi..


Wallahu’alam

Footnote

1.Lihat Tabyin ‘Ajab (hal 3-4) Ibnu Hajar.
2 Tajriid Asmas’ish Shahaabah (I/66)
3 Lihat al-Ishabah (I/199) Ibnu Hajar.
4.Lihat penjelasan bathilnya hadits ini dalam tulisan Ustadzuna wa Waliduna Karim Abu Muhammad Aunur Rafiq “harus seimbangkah dunia dan akherat?” dalalm majalah al Furqon edisi 1/th V hal 12-13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar