Rabu, 08 Mei 2013

Jangan Sembarang Menuduh Sesama Muslim



Assalamu’alaikum warrohmatullohi wabarokaatuh…

Akhir-akhir ini marak sesama jama’ah islam saling melontarkan tuduhan buruk kepada sesama saudaranya (saudara muslim), sampai dengan saling membid’ahkan nya. Apakah hal ini yang diinginkan dalam pelajaran akhlak dan keimanan seorang muslim? Apakah kita boleh seenaknya saja melontarkan tuduhan kepada saudara kita sesama muslim, padahal banyak ayat dalam qur’an mengatakan bahwa sesama muslim adalah saudara, dan dalam hadits juga banyak disebutkan, bahwa haram kehormatan saudara muslim kita hinakan..

Berikut ada hadits-hadits terkait yang mudah-mudahan bisa membantu kita untuk tidak saling melontarkan tuduhan buruk kepada saudara kita sesama muslim.

Ibnu Umar berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Siapa saja berkata kepada saudaranya, "Wahai kafir," maka salah satu dari keduanya kembali dengan perkataan kufur itu jika memang seperti yang dia ucapkan. Akan tetapi jika tidak, maka ucapan itu kembali kepada dirinya sendiri." (HR Muslim 111/60)

Dari Abu Dzarr, dia telah mendengar Rasulullah shallallahu wasallam bersabda, "Tidak ada seorang lelaki yang mengakui (orang lain) yang bukan ayahnya (sebagai ayah) padahal dia mengetahui hal itu, maka dia telah kafir. Barangsiapa mengakui sesuatu yang tidak dia miliki, maka dia bukan termasuk golongan kami, dan hendaklah dia menyiapkan tempat duduknya dari api neraka. Dan barangsiapa memanggil seseorang dengan sebutan kufur atau mengatakan, "Wahai musuh Allah," padahal orang tersebut tidak seperti itu, maka (perkataan itu) akan kembali kepada dirinya sendiri." (HR Bukhari (VI/3508) dan Ibnu Majah (11/2610) dari riwayat Sa'ad dan Abu Bakrah)

Makna hadits diatas sesuai dari kitab Syarh Shahih Muslim Imam Nawawi (salah satunya) adalah makna hadits tersebut ditakwilkan pada kekufuran. Sebab bentuk-bentuk kemaksiatan sebagaimana yang telah mereka katakan [sangat mengkhawatirkan] bisa mengakibatkan kekufuran. Bahkan kekufuran tersebut dikhawatirkan benar-benar terealisasi pada orang yang sering mempraktekkan hal tersebut. Pendapat ini diperkuat dengan riwayat yang disebutkan Abu Awanah Al Isfarayini di dalam kitabnya Al Mukharraj 'Ala Shahih Muslim, "Jika yang diajak bicara itu memang telah berstatus kafir, [maka tidak ada masalah]. Sedangkan kalau tidak, maka kekufuran itu akan kembali kepada dirinya." Dalam riwayat juga disebutkan,
(Jika dia berkata kepada saudaranya, "Wahai kafir," maka kekufuran wajib mengenai salah satu di antara keduanya).

Sungguh sangat jelas dengan penjelasan hadits diatas, bahwa kita harus berhati-hati dalam melakukan claim/ tuduhan kepada saudara kita sesama muslim. Bila kita salah menuduh / menuduh tanpa bukti, maka bisa saja tuduhan itu berbalik kepada kita.

Islam sangat lah melindungi hak asasi orang lain. Contoh yang paling sederhana saja, dan cukup krusial, bahwa kita tidak boleh menuduh zina kepada orang lain. Bila kita menuduh seseorang berbuat zina, maka kita diharuskan menghadirkan 4 orang saksi (An Nuur: 4 dan 13). Bila tuduhan kita (terhadapa pezina) tersebut tidak terbukti, maka kita wajib di hokum dengan hukuman cambuk (An Nuur:4).

Maka saudaraku, berhati-hatilah terhadap mulut kita itu. Jangan pernah kita menuduh seseorang tanpa bukti, apalagi sampai dengan mentakfir, mengkafirkan orang lain, menuduh ahli bid’ah, dll yang hal tersebut dapat menyakiti hati orang tersebut.

Cukuplah kita ingat dengan pesan Baginda Rasulullah, “Dari Anas, dari Nabi shallallahu `alaihi wasallam, beliau bersabda, ‘Demi Dzat Yang jiwaku berada di tangan-Nya, seorang hamba tidak beriman sampai dia mencintai tetangganya (atau Rasulullah telah bersabda, "[sampai dia mencintai] saudaranya) sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.” (HR Muslim /72)

Sudah sangat jelas tentang hadits diatas, bagaimana kita bisa dikatakan beriman, bila dengan mudahnya kita melontarkan tuduhan-tuduhan tanpa saksi yang jelas apalagi bukti yang jelas kepada yang kita tuduhkan. Sungguh sangat mengherankan, saat ini, dimana banyak para penimba ilmu, maupun para pengajar ilmu, dengan mudahnya melontarkan tuduhan kepada orang lain, tanpa melakukan tabayyun, mencari saksi maupun bukti. Selama tindakan orang yang mereka tuduh adalah tidak sama dengan kelompoknya, maka mereka akan melontarkan tuduhan Kafir / Ahli Bid’ah, dll.

Perlu diingat, bahwa, kita tidaklah pernah tahu akhir hayat kita. Boleh jadi tuduhan tersebut bisa benar adanya. Namun kita tetaplah harus berhati-hati, karena kita tidak lah pernah tahu akhir dari hayat orang tersebut, maupun akhir dari hidup kita. Tentunya kita masih ingat, tentang seorang pembunuh, yang telah membunuh banyak orang, namun dikarenakan dirinya bertobat, maka Allah memasukkan dirinya kedalam Surga (Al Hadits). Cukuplah hadits dibawah ini menjadi renungan bagi kita.

Dari Abu 'Abdirrahman Abdullah bin Mas'ud radhiallahu 'anh, dia berkata : bahwa Rasulullah telah bersabda, "Sesungguhnya tiap-tiap kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama 40 hari berupa nutfah, kemudian menjadi 'Alaqoh (segumpal darah) selama itu juga lalu menjadi Mudhghoh (segumpal daging) selama itu juga, kemudian diutuslah Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya lalu diperintahkan untuk menuliskan 4 kata : Rizki, Ajal, Amal dan Celaka/bahagianya. maka demi Alloh yang tiada Tuhan selainnya, ada seseorang diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli surga sehingga tidak ada jarak antara dirinya dan surga kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Allah lalu ia melakukan perbuatan ahli neraka dan ia masuk neraka. Ada diantara kalian yang mengerjakan amalan ahli neraka sehingga tidak ada lagi jarak antara dirinya dan neraka kecuali sehasta saja. kemudian ia didahului oleh ketetapan Alloh lalu ia melakukan perbuatan ahli surga dan ia masuk surga. [HR Bukhari no. 3208, Muslim no. 2643]

Sungguh…sangat besar faedah dan pelajaran yang dapat diambil dari hadits diatas.
Janganlah pernah kita merasa bahwa kita lebih baik dari orang lain, kita merasa amal ibadah kita diterima, kita merasa sudah paling benar dalam mengikuti sunnah Rasulullah SAW, padahal sesungguhnya masih banyak Sunnah Rosulullah SAW yang lainnya, yg belum kita lakukan.

Seharusnya kita mengingat perkataan Istri Rasulullah SAW, Aisyah RA, yang mengatakan bahwa “Ahlak Rasulullah adalah al-Qur’an.” (HR. Muslim).
Dengan ini kita seharusnya lebih mengerti tentang al Qur’an, tentang dilarang berlaku zhalim, harus adil, baik sesama muslim maupun kepada non muslim, dilarang menggunjing saudaranya, dilarang berdusta, dll , yang semuanya disebutkan di dalam Al Qur’an.
Sering kali kita merasa sudah berbuat baik yang banyak, padahal, kita masih suka bergunjing, kadang masih berdusta, kadang juga tidak bisa menahan pandangan, sering tidak adil, dan banyak hal yang mengakibatkan kita terjerumus kedalam dosa.

Marilah kita mulai saat ini menahan dari komentar-komentar yang tidak baik kepada saudara kita. Cukuplah kita selalu mendoakan saudara kita sesama muslim, bila melihat perbuatan mereka yang salah, dan akan lebih baik bila kita bisa memberitahukannya tentang kesalahannya tersebut, daripada kita sibuk mencela saudara kita dengan member cap Ahlu Bid’ah, Kafir, dll.

Semoga kita semua bisa menahan lisan dan menggunakannya dengan lebih bijak….amin..

Wallahua’lam bishowab…

1 komentar: