Abdullah, Waki' berkata, "Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, sedangkan Ibnu Numair berkata, "Saya mendengar
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:"Barangsiapa meninggal
dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu, maka ia masuk neraka."
Dan aku berkata, "Orang yang meninggal dengan tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu (niscaya) masuk surga." (HR Muslim)
Benarkah Kalimat Tauhid dapat Menjamin Surga untuk kita?
Bila kita melihat statement diatas, seakan-akan orang hanya cukup dengan bekal Tauhid saja tanpa
memikirkan ibadah yang lain. Namun, bila kita telaah dan kita cermati lebih
dalam, ternyata sungguh benar, bahwa Tauhid adalah Kunci Utama yang akan
menyebabkan kita masuk surga atau tidak.
Mengapa demikian, berikut akan diberikan sedikit penjelasan, (diringkas dari
banyak penjelasan) mengapa Tauhid adalah Kunci Utama yang membuat seseorang
masuk surga atau tidak.
Ibn Abbas RA berkata, "Dikala Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam mengutus Mu'adz RA ke negeri Yaman, Nabi SAW berpesan: "Wahai Mu'adz,
engkau mendatangi kaum ahli kitab, maka jadikanlah materi dakwah pertama-tama
yang engkau sampaikan adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta'ala. Jika mereka
telah sadar terhadap hal ini, beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan lima
shalat kepada mereka dalam sehari semalam. Jika mereka telah shalat,
beritahulah mereka bahwa Allah mewajibkan zakat harta mereka, yang diambil dari
yang kaya, dan diberikan kepada yang miskin, dan jika mereka telah mengikrarkan
yang demikian, ambilah harta mereka dan jagalah harta mereka yang kesemuanya
harus dijaga kehormatannya.” (HR Bukhari)
Dalam hadits diatas jelas-jelas diceritakan dari Ibnu Abbas RA
bahwa Tugas Utama Mu’adz RA pertama-tama
kali adalah menyampaikan TAUHID, baru kemudian setelah mereka menyadari betul,
baru diikuti perintah lainnya.
Mengapa begitu? Karena TAUHID adalah Perintah Allah, dan Hak
Allah dimana Allah tidak mau di sekutukan dengan selain NYA, sebagaimana
tercantum dalam hadits dibawah ini,
Mu'adz bin Jabal RA berkata,"Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Wahai Mu'adz, tahukah kamu hak Allah atas hamba?"
"Allah dan rasul-Nya yang lebih tahu, " Jawab Mu'adz RA. Nabi SAW bersabda
lagi: "Yaitu agar mereka beribadah kepada-Nya dengan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Tahukah engkau apa hak mereka atas
Allah?" tanya Nabi selanjutnya."Allah dan Rasul-Nya yang lebih lebih
tahu." Jawab Mu'adz RA. Nabi SAW bersabda:"Yaitu agar Dia tidak menyiksa
mereka." (HR Bukhari)
Itulah sebabnya mengapa Qur’an diturunkan pertama tama
membahas tentang TAUHID (Meng esakan Allah). Selama 13 Tahun Qur’an diturunkan
di Mekkah (dikenal dengan ayat-ayat Makkiyyah) ditekankan tentang masalah TAUHID
ini (Bisa dilihat salah satunya dalam Surah Thuur, yang diturunkan pada periode
di Mekkah)
Ayat-ayat Makkiyyah ini (Surah Makkiyyah) pada umumnya
berisi tentang pemantapan atau penguatan tauhid dan akidah yang lurus,
khususnya yang berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan iman kepada hari
kebangkitan, karena orang yang diajak bicaranya mayoritas mengingkari hal
tersebut.
Sesungguhnya hal ini (Tauhid) juga sangatlah perlu untuk
ditekankan dalam berda’wah maupun ibadah sehari-hari. Kenapa demikian? Karena sesungguhnya dijaman
yang modern dan hedonis ini dimana segala
sesuatunya diukur dengan banyaknya harta yang kita miliki, banyak para manusia
telah “bergeser akidah Tauhidnya”. Banyak manusia yang beragama Islam, namun
dalam praktek sehari-harinya masih
tercampur dengan Syirik-syirik, baik Syirik besar (dengan adanya upacara-upacara selamatan seperti yang ada di
Yogyakarta, Solo, Cirebon dan lainnya) maupun syirik kecil (mengagungkan
sesuatu, seperti mengagungkan pekerjaan maupun harta/uang, sehingga terbersit
dalam hati/yakin dalam hati, bahwa rejeki itu dari perusahaan “A” atau
perusahaan “B”, bangga bekerja diperusahaan “A” atau perusahaan “B”)
Kita lupa bahwa sesungguhnya yang memberikan rezeki itu adalah ALLAH, sedangkan perusahaan tempat
kita bekerja adalah salah satu sarana
datangnya rejeki (bukan sebab
adanya rejeki tsb). Sehingga bila
kita harus “keluar” dari perusahaan tersebut, bukan berarti Rezeki kita berhenti, karena
rezeki itu sesungguhnya dari Allah,
sebagaimana tertulis dalam ayat Al Qur’an,
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari
langit dan dari bumi?" Katakanlah: "Allah", dan sesungguhnya
kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam kebenaran atau dalam
kesesatan yang nyata. (Surah Saba’:24)
Sangatlah jelas, dalam ayat diatas, dikatakan bahwa yang member
rejeki adalah ALLAH, namun pada
kenyataannya saat ini, bahwa banyak manusia “tergelincir” akidahnya dikarenakan
“ketergantungannya” kepada “pekerjaanya” sebagai anggapan tempat asalnya rejeki
itu.
Sebenarnya apakah syirik kecil itu? Asy-Syaikh As-Sa’di
rahimahullah juga menjelaskan, “Syirik kecil adalah semua bentuk perkataan
maupun perbuatan yang bisa mengantarkan kepada syirik besar, seperti ghuluw
(berlebih-lebihan dalam segala perkara)
dalam mengagungkan makhluq atau sesuatu yang tidak sampai beribadah kepadanya
(Misalnya mengutamakan pekerjaan diatas segala-galanya, hingga rela
meninggalkan sholat dan sejenisnya), bersumpah dengan nama selain Allah, riya’
yang ringan dan yang semisalnya.” (Al-Qoulus Sadid, hal. 24, lihat Al-Qoulul
Mufid ‘ala Kitabit Tauhid, Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah, 1/139)
Riya disebut syrik kecil karena hal itu tidak terlihat atau
tersembunyi dan adanya dalam hati orang itu. Maka dalam hal ini hanya orang itu
yang tahu dan Allah yang Maha Tahu tentang seseorang itu Riya atau tidak. Tapi
pada hakikatnya menduakan Allah swt.
Dalam Hadits lain juga dijelaskan,
Aku adalah orang yang paling tidak membutuhkan sekutu,
barangsiapa yang melakukan suatu amal ibadah yang ia menyekutukan selain-ku
bersama-Ku, niscaya Aku meninggalkannya dan sekutunya."(HR Muslim dari Abi Hurairah RA)
Telah menceritakan kepada kami Anas bin Malik RA bahwa Nabi
Allah SAW (dalam satu perjalanan), sedangkan Mu'adz bin Jabal RA dibonceng di atas
kendaraan beliau, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu memanggil:
"Wahai Mu'adz!" Mu'adz RA menyahut,"Aku penuhi panggilanmu wahai
Rasulullah". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil lagi:
"Wahai Mu'adz!" Aku menyahut lagi, "Aku penuhi panggilanmu wahai
Rasulullah". Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memanggil:
"Wahai Mu'adz!" Aku menyahut lagi, "Aku penuhi panggilanmu wahai
Rasulullah." Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam kemudian bersabda:
"Barangsiapa yang mengucap dua Kalimah Syahadat yaitu: tidak ada tuhan
(yang berhak disembah) selain Allah dan bahwa Muhammad hamba dan utusan-Nya
niscaya dia selamat dari api Neraka." Kemudian Mu'adz
RA berkata,"Bolehkah aku memberitahu perkara ini kepada manusia agar mereka
sebarkan berita gembira ini?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Kalau (berbuat) begitu, maka mereka akan bersandar
dengannya." Lalu Mu'adz menyebarkan kabar tersebut menjelang kematiannya
khawatir menanggung salah (karena menyembunyikan hadits)." (HR Muslim)
Sesungguhnya esensi dari Hadits diatas sangatlah dalam.
Bahwa bila kita sudah meyakini tentang ajaran TAUHID ini, maka kemudian kita
pastinya akan menjalankan ke 4 rukun selanjutnya (dalam rukun Islam, dimana
rukun Islam yang pertama adalah tentang TAUHID)
Sangatlah tidak mungkin bila kita sudah meyakini bahwa ALLAH
adalah satu-satunya zat yang perlu kita sembah, namun kita tidak mau beribadah
kepadaNYA sebagai tanda Syukur atas pemberian
NYA dan janji NYA akan surga
kepada kita sesuai dengan hadits-hadits yang ada.
Oleh karenanya,
marilah kita Memurnikan TAUHID kita terlebih dahulu, dimana dijaman yang “modern” ini, keyakinan kita sangatlah mudah tergeser
dengan gemerlapnya kehidupan dunia, yang akan bisa menyebabkan kita masuk kedalam neraka (atau bisa di cuci dosa
kita dineraka dikarenakan TAUHID kita tidak sempurna, yang lamanya 1 hari di
neraka sama dengan 1000 tahun di dunia…Naudzubillah min dzalik)
Demikianlah, sebabnya mengapa TAUHID adalah KUNCI UTAMA yang
menyebabkan kita masuk surga.
Catatan :
Dari Ash Shunabihi dari Ubadah bin Ash Shamit bahwasanya dia
berkata; Saya mengunjungi Ubadah bin ash Shamit yang sedangkan berada di
(ambang) kematian, aku pun menangis, maka dia berkata; 'Tahan dulu perlahan,
kenapa kamu menangis? Demi Allah, jika aku mati syahid, niscaya aku bersaksi
untukmu, dan jika aku diberi syafaat yang dikabulkan, niscaya aku memberikan
syafaat untukmu, dan jika aku mampu, niscaya aku memberikan manfaat untukmu'.
Kemudian dia berkata; 'Demi Allah, tidaklah ada hadits yang aku dengar dari
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang ada kebaikannya bagi kalian,
melainkan aku telah menceritakannya kepada kalian kecuali satu hadits, namun
sekarang aku akan menceritakannya kepada kalian, dan sungguh aku telah
mendekati ajalku. Aku telah mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: \"Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak
disembah) selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah niscaya Allah
mengharamkan neraka atasnya.\" Dan dalam hadits bab tersebut juga
diriwayatkan dari Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Jabir, Ibnu Umar, dan
Zaid bin Khalid. Dia berkata; saya mendengar Ibnu Abi Umar berkata, saya
mendengar Ibnu Uyainah berkata, Muhammad bin 'Ajlan adalah seorang yang tsiqah
terpercaya dalam hadits. Abu Isa berkata; 'Ini hadits hasan shahih gharib dari
jalur sanad ini. Sedangkan ash Shunabihi adalah Abdurrahman bin Usailah Abu
Abdullah, dan telah diriwayatkan dari az Zuhri bahwasanya dia ditanya tentang
sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: \"Barangsiapa yang mengucapkan;
'Tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain Allah' niscaya dia masuk surga.'
Maka dia menjelaskan; 'Hadits ini adalah pada awal Islam sebelum turunnya
ibadah Fardhu, perintah dan larangan.' Abu Isa berkata; 'segi pendalilan dari
hadits ini menurut sebagian ahli ilmu bahwa ahli tauhid akan masuk surga,
walaupun mereka diadzab di neraka disebabkan dosa mereka, namun mereka tidak
kekal di neraka. Dan telah diriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud, Abu Dzar,
Imran bin Hushain, Jabir bin Abdullah, Ibnu Abbas, Abu Sa'id al Khudri, dan
Anas bin Malik dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau bersabda:
\"Akan keluar sejumlah kaum dari manusia dari golongan ahli tauhid, dan
masuk surga.\" Demikianlah diriwayatkan dari Sa'id bin Jubair, Ibrahim an
Nakha'i, dan tidak hanya satu orang dari kalangan tabi'in dalam menafsirkan
ayat ini; 'Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan,
kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.' (QS. 15: 2) '
Mereka memberikan penafsiran; 'Apabila ahli tauhid dikeluarkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka berkeinginanlah orang-orang kafir bahwa
seandainya mereka dahulu menjadi orang-orang muslim'. (HR Muslim)
Wallahua’alam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar