Kamis, 11 Agustus 2011

Qiraat tujuh

DASAR DAN MAKNA QIRA’AT TUJUH

Al Qur’an diturunkan tidak hanya dalam satu riwayat atau bentuk bacaan, tetapi diturunkan dalam banyak riwayat. Hal tersebut berdasarkan hadits dari Ibnu Mas’ud bahwa Rasulullah bersabda;

” Jibril telah membacakan Al Qur’an kepadaku dalam satu huruf. Maka aku meminta kepadanya untuk dapat ditinjau kembali. Aku juga selalu meminta kepadanya agar ditambah. Akhirnya ia memberi tambahan sampai tujuh huruf. “ ( HR Bukhari Muslim )

Juga hadits dari Umar bin Khattab, bahwa Rasulullah bersabda;

” Sesungguhnya Al Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf. Maka bacalah mana yang kalian anggap mudah” ( HR Bukhari )

Dengan demikian Qira’at Tujuh ialah ilmu yang membahas tentang tatacara pembacaan Al Qur’an yang meliputi tujuh huruf.


Tujuh huruf menurut Imam Az Zarqani – yang didukung Jumhur Ulama’ – senada dengan pendapat Abu Fadhl Ar Rozi, yang menyatakan bahwa arti tujuh huruf ialah macam-macam riwayat bacaan Al Qur’an yang tidak terlepas dari tujuh macam perbedaan, yakni :

  1. Perbedaan bentuk Isim
  2. Perbedaan bentuk Fi’il
  3. Perbedaan bentuk I’rab
  4. Perbedaan dalam Taqdim dan Ta’khir
  5. Perbedaan dalam Menambah dan Mengurangi
  6. Perbedaan dalam Penggantian
  7. Perbedaan dalam Dialek

KEDUDUKAN ILMU QIRA’AT


Ilmu Qira’at merupakan ilmu yang sangat mulia, karena ia langsung berkaitan dengan firman Allah. Hukum mempelajarinya Fardhu Kifayah. Imam Subki menyatakan, ” Qira’at tujuh sempurna kemutawattir-annya, Dinukil dari Nabi Muhammad oleh sekelompok jama’ah yang tidak mungkin berbohong
Lembaga Riset Al Azhar Kairo telah mengeluarkan fatwa, bahwa ilmu Qira’at bukan hasil ijtihad para ulama, melainkan tawqifi yang berpegang teguh pada riwayat yang mutawattir. Oleh karenanya diharapkan seluruh negara Islam dapat menggalakkan pembelajaran ilmu ini di lembaga pendidikan dan dikelola oleh para ahli.


NAMA-NAMA IMAM QIRA’AT


Para Ulama mulai mengadakan penelitian tentang Qira’at di akhir abad kedua hijriah. Dalam rangka memberi penghargaan kepada para Imam ilmu Qira’at, maka nama-nama mereka diabadikan pada qira’atnya masing-masing. Hal ini bukan berarti mereka yang menciptakan qira’at. Qira’at tersebut tetap bersumber dari Rasulullah.

Ada tujuh Imam yang diabadikan dalam ilmu qira’at, sehingga dikenal dengan Qira’atus Sab (tujuh), berikut para perawi mereka, yaitu:

  1. Imam Nafi’ ( 70-169 H ) di Madinah. Perawinya adalah Imam Qalun dan Imam Warsy.
  2. Imam Ibnu Katsir ( 45-120 H ) di Makkah. Perawinya adalah Imam Al Bazzi dan Imam Qunbul.
  3. Imam Abu ‘Amr ( 68-154 H ) di Kufah. Perawinya dalah Imam Ad Duri dan Imam As Susi.
  4. Imam Ibnu’ Amir ( 21-118 H ) di Damaskus. Perawinya adalah Imam Hisyam dan Imam Ibnu Dzakwan.
  5. Imam ‘Ashim ( w. 127 H ). Perawinya adalah Imam Syu’bah dan Imam Hafsh. Bacaan Al Qur’an yang beredar di Indonesia ialah menurut riwayat Imam Hafsh.
  6. Imam Hamzah ( 80-156 H ). Perawinya adalah Imam Khalaf dan Imam Khallad.
  7. Imam Al Kisa’i ( w. 189 H ). Perawinya adalah Imam Abul Harits dan Imam Al Duri.

Selain tujuh Imam di atas, masih ada tiga Imam yang qira’atnya dianggap mutawattir – selanjutnya disebut Qira’at Asyr ( sepuluh ) – berikut perawi mereka, yaitu :

  1. Imam Abu Ja’far. Perawinya adalah Ibnu Wardan dan Ibnu Jammaz.
  2. Imam Ya’qub. Perawinya adalah Ruwais dan Rauh.
  3. Imam Khalaf. Perawinya adalah Ishaq dan Idris.

Jadi, seseorang yang telah mempelajari ilmu Qira’at Tujuh berarti ia menguasai 14 riwayat bacaan Al Qur’an, karena setiap Imam memiliki dua Perawi. Dan jika ditambah dengan tiga Imam berikutnya, berarti ia mempelajari 20 macam riwayat bacaan Al Qur’an.

Kesimpulannya, bacaan Al Qur’an dengan riwayat yang mutawattir terdiri dari 20 riwayat.

Dikutip dari buku ” Ulumul Qur’an” oleh AHMAD MUZZAMMIL MF, AL HAFIZH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar