Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Seringkali kita mendengar, bila
kita mendapatkan ujian, kesulitan,
cobaan, segeralah kita Sholat, sesuai dengan perintah Allah dalam Al
Quran, yang inti dari isinya agar kita memohon
kepada Allah dengan sabar dan sholat.
Sabar yang bagaimana yang diperintahkan
Allah dalam Al Qur’an itu, berikut ada penafsirannya dari beberapa Mufassirin.
Semoga bermanfaat.
MEMOHON PERTOLONGAN
KEPADA ALLAH DENGAN SABAR DAN SHALAT
Firman Allah, “Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh
berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang
meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali
kepada-Nya.” (Al Baqarah, [45-46])
Tafsir Adwanul Bayan,
Syaikh Asy Syinqithi
"Dan mintalah
pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat." (Qs. Al Baqarah [2]:
45)
"Meminta pertolongan kepada Allah dalam urusan-urusan
dunia dan akhirat dengan sabar" merupakan sebuah ungkapan yang tidak sulit
untuk difahami. Adapun mengenai hasil dari permintaan tolong kepada Allah
melalui shalat, Allah SWT telah mengisyaratkan hal itu dalam sejumlah ayat dari
Kitab-Nya (Al Qur'an). Dia telah menyebutkan bahwa di antara hasil dari permintaan
tolong kepada Allah melalui shalat itu adalah bahwa seseorang dapat tercegah
dari hal-hal yang tidak pantas bagi dirinya. Dan hal itu telah dijelaskan oleh
Allah dalam firman-Nya,
Sesungguhnya shalat itu
mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (Qs. Al `Ankabuut
[29]: 45)
Selain itu, shalat juga dapat mendatangkan rezeki,
sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki
kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
(Qs. Thaahaa [20]: 132)
Oleh karena itulah, ketika Nabi SAW sedang menghadapi suatu
masalah, maka beliaupun bersegera untuk mengerjakan shalat.
Penjelasan mengenai hal itu adalah: bahwa ketika seorang
hamba berdiri di hadapan Tuhannya sambil bermunajat kepada-Nya dan membaca
Kitab-Nya, maka segala sesuatu yang ada di dunia inipun akan dianggap hina
olehnya. Sebab pada saat itu, dia hanya mengharapkan sesuatu yang ada di sisi
Allah dan takut kepada (siksa)-Nya. Lalu, Dia akan menjauhi segala sesuatu yang
tidak diridhai Allah, sehingga Allah pun akan memberi rezeki dan petunjuk
kepadanya.
Firman Allah, “(Yaitu)
orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya." (Qs.
AI Baqarah [2]: 46)
Yang dimaksud dengan "azh-zhann" di sini adalah
"al yaqiin" (keyakinan) sebagaimana telah ditunjukkan oleh firman
Allah SWT, “Serta mereka yakin akan
adanya (kehidupan) akhirat." (Qs. Al Baqarah [2]: 4); dan firman-Nya, "Dan orang-orang yang memberikan apa
yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)
sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (Qs. Al
Mu'minuun [23): 60)
Tafsir Al Qurthubi
"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu."
Makna Ash – shabr - secara literal adalah al-habs (menahan). Allah
memerintahkan agar bersabar dalam ketaatan dan meninggalkan penyimpangan
(kemaksiatan) di dalam kitab-Nya. Jika dia bersabar dengan meninggalkan
maksiat, maka sesungguhnya dia telah bersabar dalam ketaatan.
Menurut Imam Syaukani, Yang dimaksud pada ayat ini adalah,
minta tolonglah dengan cara menahan diri kalian dari syahwat, dan arahkan
kepada ketaatan untuk gah hal-hal yang dibenci yang datang kepada kalian (Tafsir Fathul Qodir)
(Mujahid) berkata, "Sabar yang dimaksud dalam ayat ini
adalah puasa oleh karena itulah bulan Ramadhan disebut dengan bulan kesabaran.
Dengan demikian, puasa dan shalat —menurut pendapat ini— yang ada dalam ayat
ini adalah sesuai, dimana puasa dapat menghilangkan syahwat dan membuat zuhud
dari keduaniwian, sedangkan shalat mencegah dari perbuatan yang keji dan
mungkar.
Bersabar merupakan keutamaan yang memiliki pahala tanpa
batas. Allah juga menyanjung orang-orang yang bersabar seperti dalam firman Nya,
“Sesungguhnya hanya orang-orang g yang
bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." [Az-Zumar [39]:
10], dan juga dalam firman Nya, "Tetapi
orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diutamakan." (Qs. -Syuraa [42]: 43).
Menurut satu pendapat, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang
bersabar dalam firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah…..
," (Qs. Az-Zumar [39]: 10) adalah orang-orang yang berpuasa. Hal ini
berdasarkan kepada firman Allah yang dalam dalam sunnah yang shahih, yang
bersumber dari Nabi SAW: “Puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan
membalasnya." (HR Muslim)
Dalam hadits Qudsi ini, Allah tidak menyebutkan pahala
tertentu, sebagaimana Allah tidak menyebutkannya untuk kesabaran, Wallahu
A'lam.
Firman Allah Ta 'ala, "Bagi orang-orang yang
khusyu" Al khasyi 'uun adalah jamak kata khasyi yaitu ‘al mutawaadhi’
(orang yang merendahkan diri). Al
Khusyu' adalah kondisi didalam jiwa yang tercermin pada anggota tubuh dengan
adanya ketenangan dan kerendahan diri.
Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Aku bertanya kepada Al A'
masy tentang khusyu. Dia kemudian berkata, ‘Wahai Tsauri, engkau ingin menjadi
imam bagi orang-orang, tapi engkau tidak mengetahui makna khusyu? Aku pernah
bertanya kepada Ibrahim An-Nakha' i tentang khusyu. Lalu dia berkata, A’masy,
engkau ingin menjadi imam bagi orang-orang, tapi engkau tidak mengetahui makna
khusyu'? Khusyu itu tidak seperti memakan makanan yang kasar, memakai pakaian
yang kasar, dan menunduk-nundukan kepala. Akan tetapi khusyu' adalah, hendaknya
engkau melihat orang yang mulia dan hina berstatus sama di dalam kebenaran.
Engkau harus khusyu' kepada Allah pada setiap kewajiban yang diwajibkan
kepadamu."
Saya (Al Qurthubi) katakan, "Ini adalah kekhusyu'an yang
terpuji. Sebab jika perasaan takut telah bersemayam di dalam hati, maka hal ini
pasti akan menimbulkan kekhusyu'an yang nyata, sehingga tidak mungkin dapat
ditepis oleh pemiliknya. Oleh karena itulah engkau akan melihatnya menundukkan
kepala, santun dan rendah diri. Dahulu para salaf senantiasa berupaya untuk
menutupi hal-hal seperti itu. Adapun orang yang tercela, dia akan berpura-pura
memperlihatkan hal itu, berpura-pura menangis dan menundukkan kepala,
sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh itu. Tujuannya adalah
agar
mereka terlihat baik dan mulia. Semua itu merupakan muslihat syetan dan
tipu daya jiwa manusia.
Tafsir As Sa’di
Allah memerintahkan kepada mereka untuk meminta pertolongan
dalam (menyelesaikan) segala urusan mereka dengan kesabaran dalam segala
bentuknya, yaitu kesabaran dalam ketaatan kepada Allah hingga ia mampu
menunaikannya, kesabaran dalam kemaksiatan hingga dia menghindarinya, dan
kesabaran dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang menyakitkan agar ia tidak
mengecamnya. Oleh karena itu, dengan kesabaran dan menahan diri terhadap segala
yang diperintahkan oleh Allah untuk bersabar atasnya adalah sebuah pertolongan
yang besar dalam setiap perkara dari perkara-perkara yang ada, dan barangsiapa
yang bersabar niscaya Allah akan membuatnya menjadi sabar, demikian juga shalat
yang merupakan patokan dari suatu keimanan dan melarang dari perbuatan keji dan
mungkar serta dapat dijadikan penolong dalam segala perkara kehidupan,
"Dan sesungguhnya yang demikian itu" yaitu shalat, "Sungguh
berat" maksudnya sulit, "Kecuali bagi-orang-orang yang khusyu '"
hal itu adalah mudah bagi mereka dan sangat ringan, karena kekhusyu'an, takut
kepada Allah dan mengharap apa yang ada di sisiNya mengharuskan adanya
realisasi perbuatan itu dengan dada yang lapang demi mencari ganjaran dan takut
dari hukuman, berbeda dengan orang yang tidak demikian, karena tidak ada
pendorong baginya yang mengajaknya kepada hal tersebut, dan bila pun dia melakukannya,
maka hal itu menjadi suatu perkara yang paling berat yang dia rasakan.
Khusyu' adalah ketundukan hati, ketenteraman dan
ketenangannya karena Allah serta kepasrahannya di hadapan Allah dengan segala
hina, butuh dan iman kepadaNya dan kepada pertemuan denganNya, oleh karena itu
Allah berfirman,
“Orang-orang yang meyakini" yaitu yang yakin,
"Bahwa mereka akan menemui Rabbnya" lalu Dia akan mem balas
perbuatan-perbuatan mereka, "Dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya"
inilah yang meringankan mereka dalam beribadah, yang mewajibkan bagi mereka untuk
berhibur diri dalam segala musibah, berlapang dada dalam segala kesulitan, dan
mencegah mereka dari berbuat keburukan, maka bagi mereka itulah kenikmatan yang
abadi dalam ruangan-ruangan yang tinggi. Adapun orang yang tidak beriman kepada
pertemuan dengan Rabbnya, maka shalat dan ibadah-ibadah lainnya adalah suatu
hal yang paling sulit bagi mereka.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Muqatil bin Hayyan dalam
tafsirnya tentang ayat ini: "Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat
dengan cara menjadikan kesabaran dalam mengerjakan berbagai kewajiban dan
menjadikan shalat sebagai penolong. (Tafsir
Ibnu Katsir)
Wallahua'lam