Selasa, 10 Januari 2012

TAFSIR AL BAQARAH AYAT 45-46 MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA ALLAH DENGAN SABAR DAN SHOLAT


Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.

Seringkali kita mendengar, bila kita mendapatkan ujian, kesulitan,  cobaan, segeralah kita Sholat, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, yang inti dari isinya  agar kita memohon kepada Allah dengan sabar dan sholat. 

Sabar yang bagaimana yang diperintahkan Allah dalam Al Qur’an itu, berikut ada penafsirannya dari beberapa Mufassirin.

Semoga bermanfaat.

MEMOHON PERTOLONGAN KEPADA ALLAH DENGAN SABAR DAN SHALAT

Firman Allah, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al Baqarah, [45-46])

Tafsir Adwanul Bayan, Syaikh Asy Syinqithi

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat." (Qs. Al Baqarah [2]: 45)

"Meminta pertolongan kepada Allah dalam urusan-urusan dunia dan akhirat dengan sabar" merupakan sebuah ungkapan yang tidak sulit untuk difahami. Adapun mengenai hasil dari permintaan tolong kepada Allah melalui shalat, Allah SWT telah mengisyaratkan hal itu dalam sejumlah ayat dari Kitab-Nya (Al Qur'an). Dia telah menyebutkan bahwa di antara hasil dari permintaan tolong kepada Allah melalui shalat itu adalah bahwa seseorang dapat tercegah dari hal-hal yang tidak pantas bagi dirinya. Dan hal itu telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya,

Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar." (Qs. Al `Ankabuut [29]: 45)

Selain itu, shalat juga dapat mendatangkan rezeki, sebagaimana dalam firman-Nya, "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa." (Qs. Thaahaa [20]: 132)

Oleh karena itulah, ketika Nabi SAW sedang menghadapi suatu masalah, maka beliaupun bersegera untuk mengerjakan shalat.

Penjelasan mengenai hal itu adalah: bahwa ketika seorang hamba berdiri di hadapan Tuhannya sambil bermunajat kepada-Nya dan membaca Kitab-Nya, maka segala sesuatu yang ada di dunia inipun akan dianggap hina olehnya. Sebab pada saat itu, dia hanya mengharapkan sesuatu yang ada di sisi Allah dan takut kepada (siksa)-Nya. Lalu, Dia akan menjauhi segala sesuatu yang tidak diridhai Allah, sehingga Allah pun akan memberi rezeki dan petunjuk kepadanya.

Firman Allah, “(Yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya." (Qs. AI Baqarah [2]: 46)

Yang dimaksud dengan "azh-zhann" di sini adalah "al yaqiin" (keyakinan) sebagaimana telah ditunjukkan oleh firman Allah SWT, “Serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat." (Qs. Al Baqarah [2]: 4); dan firman-Nya, "Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka." (Qs. Al Mu'minuun [23): 60)

Tafsir Al Qurthubi

"Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu." Makna Ash – shabr - secara literal adalah al-habs (menahan). Allah memerintahkan agar bersabar dalam ketaatan dan meninggalkan penyimpangan (kemaksiatan) di dalam kitab-Nya. Jika dia bersabar dengan meninggalkan maksiat, maka sesungguhnya dia telah bersabar dalam ketaatan.

Menurut Imam Syaukani, Yang dimaksud pada ayat ini adalah, minta tolonglah dengan cara menahan diri kalian dari syahwat, dan arahkan kepada ketaatan untuk gah hal-hal yang dibenci yang datang kepada kalian (Tafsir Fathul Qodir)

(Mujahid) berkata, "Sabar yang dimaksud dalam ayat ini adalah puasa oleh karena itulah bulan Ramadhan disebut dengan bulan kesabaran. Dengan demikian, puasa dan shalat —menurut pendapat ini— yang ada dalam ayat ini adalah sesuai, dimana puasa dapat menghilangkan syahwat dan membuat zuhud dari keduaniwian, sedangkan shalat mencegah dari perbuatan yang keji dan mungkar.

Bersabar merupakan keutamaan yang memiliki pahala tanpa batas. Allah juga menyanjung orang-orang yang bersabar seperti dalam firman Nya, “Sesungguhnya hanya orang-orang g yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas." [Az-Zumar [39]: 10], dan juga dalam firman Nya, "Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan." (Qs. -Syuraa [42]: 43).

Menurut satu pendapat, bahwa yang dimaksud dengan orang-orang bersabar dalam firman Allah: "Sesungguhnya orang-orang yang bersabarlah….. ," (Qs. Az-Zumar [39]: 10) adalah orang-orang yang berpuasa. Hal ini berdasarkan kepada firman Allah yang dalam dalam sunnah yang shahih, yang bersumber dari Nabi SAW: “Puasa itu untuk-Ku, dan Aku-lah yang akan membalasnya." (HR Muslim)

Dalam hadits Qudsi ini, Allah tidak menyebutkan pahala tertentu, sebagaimana Allah tidak menyebutkannya untuk kesabaran, Wallahu A'lam.

Firman Allah Ta 'ala, "Bagi orang-orang yang khusyu" Al khasyi 'uun adalah jamak kata khasyi yaitu ‘al mutawaadhi’ (orang yang merendahkan diri).  Al Khusyu' adalah kondisi didalam jiwa yang tercermin pada anggota tubuh dengan adanya ketenangan dan kerendahan diri.

Sufyan Ats-Tsauri berkata, "Aku bertanya kepada Al A' masy tentang khusyu. Dia kemudian berkata, ‘Wahai Tsauri, engkau ingin menjadi imam bagi orang-orang, tapi engkau tidak mengetahui makna khusyu? Aku pernah bertanya kepada Ibrahim An-Nakha' i tentang khusyu. Lalu dia berkata, A’masy, engkau ingin menjadi imam bagi orang-orang, tapi engkau tidak mengetahui makna khusyu'? Khusyu itu tidak seperti memakan makanan yang kasar, memakai pakaian yang kasar, dan menunduk-nundukan kepala. Akan tetapi khusyu' adalah, hendaknya engkau melihat orang yang mulia dan hina berstatus sama di dalam kebenaran. Engkau harus khusyu' kepada Allah pada setiap kewajiban yang diwajibkan kepadamu."

Saya (Al Qurthubi) katakan, "Ini adalah kekhusyu'an yang terpuji. Sebab jika perasaan takut telah bersemayam di dalam hati, maka hal ini pasti akan menimbulkan kekhusyu'an yang nyata, sehingga tidak mungkin dapat ditepis oleh pemiliknya. Oleh karena itulah engkau akan melihatnya menundukkan kepala, santun dan rendah diri. Dahulu para salaf senantiasa berupaya untuk menutupi hal-hal seperti itu. Adapun orang yang tercela, dia akan berpura-pura memperlihatkan hal itu, berpura-pura menangis dan menundukkan kepala, sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang yang bodoh itu. Tujuannya adalah agar
mereka terlihat baik dan mulia. Semua itu merupakan muslihat syetan dan tipu daya jiwa manusia.

Tafsir  As Sa’di

Allah memerintahkan kepada mereka untuk meminta pertolongan dalam (menyelesaikan) segala urusan mereka dengan kesabaran dalam segala bentuknya, yaitu kesabaran dalam ketaatan kepada Allah hingga ia mampu menunaikannya, kesabaran dalam kemaksiatan hingga dia menghindarinya, dan kesabaran dalam menghadapi takdir-takdir Allah yang menyakitkan agar ia tidak mengecamnya. Oleh karena itu, dengan kesabaran dan menahan diri terhadap segala yang diperintahkan oleh Allah untuk bersabar atasnya adalah sebuah pertolongan yang besar dalam setiap perkara dari perkara-perkara yang ada, dan barangsiapa yang bersabar niscaya Allah akan membuatnya menjadi sabar, demikian juga shalat yang merupakan patokan dari suatu keimanan dan melarang dari perbuatan keji dan mungkar serta dapat dijadikan penolong dalam segala perkara kehidupan, "Dan sesungguhnya yang demikian itu" yaitu shalat, "Sungguh berat" maksudnya sulit, "Kecuali bagi-orang-orang yang khusyu '" hal itu adalah mudah bagi mereka dan sangat ringan, karena kekhusyu'an, takut kepada Allah dan mengharap apa yang ada di sisiNya mengharuskan adanya realisasi perbuatan itu dengan dada yang lapang demi mencari ganjaran dan takut dari hukuman, berbeda dengan orang yang tidak demikian, karena tidak ada pendorong baginya yang mengajaknya kepada hal tersebut, dan bila pun dia melakukannya, maka hal itu menjadi suatu perkara yang paling berat yang dia rasakan.

Khusyu' adalah ketundukan hati, ketenteraman dan ketenangannya karena Allah serta kepasrahannya di hadapan Allah dengan segala hina, butuh dan iman kepadaNya dan kepada pertemuan denganNya, oleh karena itu Allah berfirman,

“Orang-orang yang meyakini" yaitu yang yakin, "Bahwa mereka akan menemui Rabbnya" lalu Dia akan mem balas perbuatan-perbuatan mereka, "Dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya" inilah yang meringankan mereka dalam beribadah, yang mewajibkan bagi mereka untuk berhibur diri dalam segala musibah, berlapang dada dalam segala kesulitan, dan mencegah mereka dari berbuat keburukan, maka bagi mereka itulah kenikmatan yang abadi dalam ruangan-ruangan yang tinggi. Adapun orang yang tidak beriman kepada pertemuan dengan Rabbnya, maka shalat dan ibadah-ibadah lainnya adalah suatu hal yang paling sulit bagi mereka.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Muqatil bin Hayyan dalam tafsirnya tentang ayat ini: "Hendaklah kalian mengejar kehidupan akhirat dengan cara menjadikan kesabaran dalam mengerjakan berbagai kewajiban dan menjadikan shalat sebagai penolong. (Tafsir Ibnu Katsir)

Wallahua'lam