Minggu, 04 September 2011

Ringkasan Tafsir Al Baqarah 21-22 tentang KEESAAN dan KEKUASAAN TUHAN


Perintah menyembah Tuhan Yang Maha Esa

21. Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, 22. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu mengetahui. (Al Baqarah 21-22)

Ringkasan Tafsir Adwanul Bayan

Pada ayat ini, Allah SWT telah mengisyaratkan tentang tiga bukti (dalil) yang menunjukkan adanya kebangkitan bagi manusia setelah kematian mereka, dimana bukti-bukti tersebut telah dijelaskan dalam ayat-ayat lain.

Bukti pertama : Penciptaan manusia untuk pertama kalinya sebagaimana diisyaratkan dalam firman-Nya, “Sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu.” (Qs. Al Baqarah [2]: 21) 

Oleh karena itu, Allah SWT menegaskan bahwa orang yang mengingkari adanya kebangkitan, pada hakikatnya dia telah melupakan penciptaan yang pertama atas dirinya, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya,   "Dan dia membuat perumpamaan bagi kami; dan dia lupa kepada kejadiannya."  (Qs. Yaasiin [36]: 78)

Bukti kedua: Penciptaan langit dan bumi, seperti diisyaratkan dalam firman-Nya, "Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap." (Qs. Al Baqarah [2]: 22) 

Penciptaan langit dan bumi dianggap sebagai dalil yang menunjukkan adanya kebangkitan karena kedua makhluk tersebut merupakan makhluk yang terbesar. Sungguh, Dzat yang mampu menciptakan makhluk yang terbesar, sudah barang tentu Dia pun mampu menciptakan makhluk-makhluk lainnya (yang lebih kecil). Allah SWT telah menjelaskan tentang bukti ini dalam sejumlah ayat, di antaranya adalah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia." (Qs. Ghaafir [40]: 57)

Bukti ketiga: Menghidupkan bumi setelah matinya. Sesungguhnya hal ini merupakan bukti terbesar yang menunjukkan adanya kebangkitan bagi manusia setelah kematian mereka. Hal ini telah diisyaratkan oleh Allah dalam firman-Nya, "dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu" (Qs. Al Baqarah [2]: 21-22) Kemudian Allah SWT juga telah menjelaskannya pada sejumlah ayat, di antaranya adalah pada firman-Nya, “Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya ia bergerak dan subur. Sesungguhnya Tuhan yang menghidupkannya tentu dapat menghidupkan yang mati; sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu." (Qs. Fushshilat [41]: 39)

Ringkasan Tafsir Al Qurthubi.

Kata “Yaa ayyuhaa” adalah huruf “nida’” (seruan). Kata Nida’ ini dalam Al Qur’an ada tujuh bentuk diantarannya adalah sebagai berikut :

1.      Nidaa’ madah (seruan pujian) berbentuk kata “Wahai Nabi”
2.      Nidaa’ dzamm (seruan celaan) berbentuk kata “Wahai orang-orang Yahudi”
3.      Nidaa’ tanbiih (seruan peringatan) berbentuk kata “Wahai Manusia”
4.      Nidaa’ idhaafah (seruan tambahan) berbentuk kata “Wahai hamba Ku”
5.      NIdaa’ nisbah (seruan dengan menyebut nisbat) berbentuk kata “Wahai anak cucu Adam”
6.      Nidaa’ tasmiyah (seruan dengan menyebut nama) berbentuk kata, “Wahai Daud” (salah satu contoh)
7.      Nidaa’ ta’niif (seruan sebagai teguran keras) berbentuk kata “Wahai ahli kitab”

Salah satu pendapat tentang tafsir ayat 21 ini adalah bahwa ayat ini mencakup kepada semua manusia. Maka, kepada orang-orang yang beriman dimaksudkan agar mereka tetap beribadah, sedangkan kepada orang-orang kafir dimaksudkan agar mereka segera menyembah Allah, dan pendapat ini sangat baik.

Nauf Al Bikali berkata, "Aku pernah melihat Ali bin Abi Thalib keluar dia memandang bintang-bintang dan berkata, 'Hai Nauf, apakah kamu sudah tidur atau masih jaga?' Aku menjawab, “Masih jaga, hai Amirul  Mu’minin.' Ali berkata, ‘Beruntunglah orang-orang yang zuhud di dalam dunia dan mengharap akhirat. Mereka adalah orang-orang yang menjadikan bumi sebagai hamparan, tanah sebagai kasur, air sebagai minyak wangi, Al Qur' an dan do’a sebagai selimut dan slogan. Mereka menolak dunia seperti ajaran Al Masih AS (Nabi Isa AS)’

Ayat ini (ayat 22) merupakan dalil bahwa perintah menggunakan argumentasi rasional dan pembatalan taqlid.

Ringkasan Tafsir As Sa’di

Pada ayat 21 ini, adalah perintah yang bersifat umum bagi seluruh manusia dengan sebuah perintah yang umum, yaitu ibadah yang komplit dengan menaati perintah-perintah Allah, menjauhi larangan larangan Nya, dan mempercayai kabar-kabar Nya, lalu Allah memerintahkan mereka kepada tujuan dari penciptaan mereka, Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah Ku." (Adz-Dzaariyat: 56)

Kemudian Dia beralasan atas kewajiban beribadah kepadaNya semata karena Dia-lah Rabb kalian yang telah menganugerahkan kepada kalian berbagai macam nikmat, lalu Dia menciptakan kamu dari tidak ada dan Dia juga menciptakan orang-orang sebelum kamu.

Ayat 22, Dan Dia memberikan nikmat kepada kamu dengan nikmat-nikmat lahiriyah maupun batiniyah, Dia menjadikan untukmu dunia ini sebagai hamparan yang menjadi tempat kamu menetap, dan kamu mengambil manfaatnya dengan membangun rumah, pertanian, pembajakan dan berkelana dari suatu tempat menuju tempat lain, dan lain sebagainya dari bentuk-bentuk pemanfaatan dengannya, lalu Dia menjadikan langit sebagai atap bagi rumah tempat tinggal kalian dan menyediakan manfaat-manfaat yang merupakan kebutuhan pokok hidup kalian dan kebutuhan dasar seperti matahari, bulan dan bintang  "Dan Dia menurunkan air hujan dari langit" langit adalah segala yang ada di atas kalian, oleh karena itu para ahli tafsir berkata, "Maksud dari langit di sini adalah awan, "Lalu Allah SWT menurunkan air hujan darinya, "Lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan" seperti biji-bijian dan basil basil dari pohon kurma, buah-buahan, tanaman dan lain sebagainya. "Sebagai rizki untukmu" dengannya kamu mendapatkan rizki, kamu makan, kamu hidup dan kamu bahagia "Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah " yaitu yang sama dan yang sepadan dari makhluk-makhluk Nya lalu kamu menyembahnya sebagaimana kamu menyembah Allah, kamu mencintainya sebagaimana kamu mencintai Allah, padahal mereka itu sama saja seperti kalian, mereka adalah makhluk yang diciptakan, diberi rizki dan diatur, di mana mereka tidak memiliki apa pun seberat biji atom di bumi dan tidak pula di langit, serta mereka tidak dapat memberikan manfaat kepadamu dan tidak juga mengakibatkan mudharat, "Padahal kamu mengetahui" bahwasanya Allah tidak memiliki sekutu, tidak pula kesamaan, tidak pada penciptaan, rizki, dan pengaturan, tidak pula pada peribadahan dan kesempurnaan, lalu bagaimanakah kamu menyembah tuhan-tuhan lain bersamaNya padahal kalian mengetahuinya? Hal ini merupakan perkara yang paling mengherankan dan yang paling bodoh. Ayat ini menyatukan antara perintah kepada beribadah hanya kepada Allah semata dan larangan dari beribadah kepada selain Allah, dan penjelasan akan dalil yang sangat jelas atas kewajiban beribadah kepadaNya dan batilnya beribadah kepada selainNya, yaitu penyebutan tauhid rububiyah yang mengandung keesaanNya dalam penciptaan, rizki dan pengaturan, lalu apabila setiap orang menetapkan bahwasanya tidak ada sekutu bagi Allah dalam hal itu, maka itulah yang seharusnya, maka haruslah seperti itu juga penetapannya bahwasanya Allah itu tidak ada sekutu bagiNya dalam beribadah kepadaNya, ini adalah dalil logika yang paling terang atas keesaan Sang Pencipta Allah SWT dan batilnya kesyirikan.

Dan firmanNya, "Agar kamu bertaqwa" kemungkinan artinya adalah bahwasanya kamu sekalian beribadah hanya kepada Allah semata niscaya dengan hal itu kalian telah menjaga diri kalian sendiri dari murka dan adzabNya, karena kalian telah melakukan sebab yang mendorong hal tersebut, dan kemungkinan juga artinya adalah bahwasanya jika kamu menyembah Allah semata, niscaya kamu menjadi golongan orang-orang bertakwa yang memiliki sifat ketakwaan; kedua arti ini adalah benar, dan keduanya saling berkaitan karena barangsiapa yang melakukan ibadah secara sempurna, niscaya ia menjadi golongan orang-orang bertakwa, dan barangsiapa yang tergolong dalam orang-orang bertakwa, pastilah ia akan memperoleh keselamatan dari adzab dan murka Allah.

Ringkasan Tafsir Fathul Qadhir.

Penjelasan tentang perkataan “padahal kamu mengetahui" pada ayat 22 adalah sebagai kalimat keterangan. Perkataan ini ditujukan kepada orang-orang kafir dan orang-orang munafik. 

Bila ada yang mengatakan: Mengapa mereka dinyatakan "Mengetahui" padahal Allah telah mencap mereka dengan yang sebaliknya, yaitu Allah mengatakan, (Tetapi mereka tidak tahu) (Qs. Al Baqarah [2]: 13), (Tetapi mereka tidak sadar) (Qs. Al Baqarah[2] : 12), (Dan tidaklah mereka mendapat petunjuk) (Qs. Al Baqarah [2]: 16), dan      (Mereka tuli, bisu, dan buta) (Qs. Al Baqarah [2]: 18) Jawabnya: Maksudnya, bahwa ketidaktahuan mereka dan tidak sadarnya mereka itu tidak tercakup oleh ini, yakni sebenarnya mereka tahu bahwa Allah-lah yang memberi nikmat, bukan tandingan-tandingan-Nya, karena sesungguhnya mereka mengetahui ini dan tidak mengingkarinya, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Allah pada sejumlah ayat. Bisa juga. Maksudnya adalah: Dan kalian mengetahui keesaan Nya dalam hal kekuatan dan kekuasaan bila kalian merenungi dan memperhatikan. Ini menunjukkan wajibnya menggunakan argumen-argumen dan meninggalkan taqlid. 

Sesungguhnya orang-orang  Kafir juga  sudah mengetahui  siapakah pencipta mereka, bila mereka ditanyakan, sesuai dengan  firman-Nya,  ‘(Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka, "Siapakah yang menciptakan mereka?" Niscaya mereka menjawab, "Allah")’ (Qs. Az-Zukhruf [43]: 87). Maka Allah mengingatkan mereka (semua manusia) dengan sesuatu yang mereka akui dan tidak mereka ingkari.

Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir.

Dalam ayat ini Allah SWT menjelaskan keesaan Uluhiyyah-Nya, bahwa Dia-lah yang menganugerahkan nikmat kepada hamba-hamba-Nya dengan menciptakan mereka dari tidak ada menjadi ada, serta menyempurnakan bagi mereka nikmat lahir maupun bathin. Dia menjadikan bagi mereka bumi yang terhampar seperti tikar sehingga dapat ditempati dan dihuni, yang dikokohkan dengan gunung-gunung yang tinggi menjulang, "Dan langit serta pembangunannya," (QS. Asy-Syams: 5) yaitu dijadikan langit sebagai atap. Sebagaimana Dia berfirman di ayat lain: "Dan Kami jadi langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang terdapat padanya." (Al-Anbiyaa': 32)

"Dan Dia telah menurunkan air hujan dari langit bagi Mereka." Yang dimaksud dengan langit di sini adalah awan yang turun ketika mereka membutuhkan. Lalu Dia mengeluarkan untuk mereka buah-buahan dan tanaman seperti yang mereka saksikan sebagai rizki bagi mereka dan juga ternak mereka Sebagaimana disebutkan pada banyak tempat di dalam al-Qur-an.

Ayat ini menjelaskan bahwa Dia-lah Pencipta, Pemberi rizki, bagi alam semesta berikut penghuninya dan yang memberi rizki kepada mereka. Dengan demikian, hanya Dia-lah yang berhak diibadahi, tidak ada sekutu bagi-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman, "Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." (Al-Baqarah: 22)

Dalam kitab Shahiih al-Bukhari dan Shahiih Muslim disebutkan dalam hadits dari Ibnu Mas'ud RA. ia menceritakan: “Aku pernah bertanya: Wahai Rasulullah, dosa apakah yang paling besar di sisi Allah?' Beliau SAW menjawab: `Engkau menjadikan tandingan bagi Allah, padahal Dia yang telah menciptakanmu." [(HR Al-Bukhari (no. 4477), Muslim No 86)]. 

Demikian juga hadits Mu'adz RA: 'Tahukah engkau apa hak Allah atas hamba-hamba-Nya? Yaitu mereka beribadah hanya kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun."[HR Al-Bukhari (no. 2856), Muslim 30)].

DALIL-DALIL YANG MENUNJUKKAN ADANYA ALLAH TA'ALA

Banyak ahli tafsir, di antaranya ar-Razi dan selainnya menjadikan ayat ini sebagai dalil yang menunjukkan adanya Sang Pencipta (Allah SWT). Ayat tersebut menunjukkannya dengan metode terbaik. Karena barangsiapa memperhatikan semua ciptaan-Nya, baik yang ada di bumi maupun di langit, perbedaan bentuk, warna, karakter, serta manfaatnya, dan semua itu diletakkan pada tempat yang mendatangkan manfaat secara tepat, niscaya ia akan mengetahui kekuasaan Penciptanya, meyakini hikmah, ilmu, kecermatan, dan keagungan kekuasaan-Nya. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Arab Badui ketika ditanya: "Apa dalil yang menunjukkan adanya Rabb?" Maka mereka menjawab: "Subhaanallaah, kotoran unta menunjukkan adanya unta, dan jejak kaki menunjukkan adanya orang yang pernah berjalan. Bukankah langit mempunyai gugusan bintang, bumi memiliki jalan-jalan yang luas, dan lautan mempunyai gelombang? Tidakkah yang demikian itu menunjukkan; adanya Allah Yang Maha lembut dan Maha Mengetahui?

Maka barangsiapa yang memperhatikan ketinggian dan luasnya langit serta berbagai bintang, komet dan planet, juga merenungkan bagaimana semua benda itu berputar di falak (orbit) yang luar biasa besarnya pada setiap siang dan malam hari, dan pada saat yang sama masing-masing benda itu berputar pada porosnya. Juga memperhatikan lautan yang mengelilingi bumi dari segala arah, serta gunung-gunung yang dipancangkan di bumi agar menjadi tetap dan tidak bergoyang dan penduduknya dapat tinggal di dalamnya walaupun dengan bentuk permukaan bumi yang bermacam-macam dan berwarna warni, sebagaimana Allah berfirman:

“Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya. dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata (dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama." (QS. Faathir: 27-28)

Demikian pula sungai-sungai yang mengalir dari satu daerah daerah lain yang membawa berbagai manfaat. Diciptakan juga berbagai macam binatang, tumbuh-tumbuhan yang memiliki rasa, bentuk dan warna yang beraneka ragam, padahal tumbuh-tumbuhan itu hidup pada tanah dan air yang sama. Maka semua ini menjadi dalil adanya Rabb Sang Pencipta, dan menunjukkan kekuasaan-Nya yang agung, hikmah, rahmat, kelembutan dan kebaikan-Nya kepada semua makhluk yang Dia ciptakan. Tidak ada yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, hanya kepada Nya kami bertawakkal dan kepada-Nya-lah kami kembali.

Wallahu’alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar