Kamis, 11 Agustus 2011

Kisah pengalaman seorang ibu Menghapal Qur'an tidak sampai 1 bulan

Berikut ada sebuah kisah nyata tentang  pengalaman seorang ibu dalam menghafal Qur'an 30 Juz  dalam waktu kurang  dari 1 bulan.
Semoga bisa menjadi inspirasi kita dan menggugah semangat kita untuk bisa  termasuk  dalam golongan orang-orang penghafal qur'an.

Diambil dari buku HAPAL  QUR'AN DALAM SEBULAN karangan Ir Amjad Qosim.

Semoga bermanfaat.

Pengalaman Ukhti Ummu Zayid

Alhamdulillah, sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya, aku telah khatam menghafal al- Qur'an. Berikut ini pengalamanku, dan aku menghadiahkannya untuk kalian. Segala puji bagi Allah SWT, pujian yang sebanyak-banyak, sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya. Wa ba'd.
lni adalah masa-masa indah yang berlalu dengan segala kisah yang ada di dalamnya. Dan, inilah mimpi yang menjadi kenyataan. Serta, memori kenangan yang selalu menghampiriku.

Perlu diketahui bahwa sesungguhnya tujuan terbesar dalam hidupku adalah hafal surah al-Baqarah dan Ali 'Imran. Demi Allah, sekali-kali kalian tidak akan percaya bahwa sebenarnya aku adalah orang yang tidak memiliki kesabaran untuk menghafal al-Qur'an secara keseluruhan. Itu disebabkan karena aku menganggap hal tersebut sebagai sesuatu yang mustahil dan sangat susah diwujudkan. Dan saat itu, aku masih hidup dengan mempertahankan tujuan yang ingin aku wujudkan sebelumnya, yaitu hafal surah al-Baqarah dan All 'Imran.

Aku beranggapan bahwa kedua surah itu adalah al Qur'an yang paling sulit (untuk dihafal). Aku juga beranggapan bahwa sepertinya sulit sekali untuk mempertahankan hafalan tersebut dalam waktu lama. Subhanallah, tak terasa sudah 7 tahun aku mempertahankan hafalan kedua surah tersebut.

Ketika tiba bulan Ramadhan, tiba-tiba suamiku mengejutkanku bahwa ia akan beri`tikaf selama 15 hari terakhir Ramadhan di Masjid al-Haram. Tentu kalian mengerti akan kesulitan yang kuhadapi, karena aku ditinggal sendirian bersama anak-anakku.

Kami tinggal di daerah yang jauh dari keluarga, sedang para tetangga di sini semuanya menutup pintu  rumah (tidak peduli dengan urusan sesama tetangga). Namun di sisi lain, aku juga merasa gembira karena suamiku akan beri'tikaf. Tetapi, manfaat apa yang dapat kupetik dalam kesendirian ini?

Ketika waktunya telah tiba dan suamiku pergi untuk beri'tikaf, aku pun merasakan pahitnya ditinggal sendirian (bersama anak-anak). Kemudian, aku menengadahkan tanganku kepada Dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Lalu, aku berdoa kepada-Nya dengan doa orang yang tertimpa kesulitan, sedang air mata pun mengalir deras membasahi pipiku, "Wahai Rabbku, Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Curahkanlah kepadaku rezeki berupa teman-teman yang shalihah, yang lebih balk dariku. Sehingga, aku bisa meneladani mereka. Ya Allah, berikanlah untukku sebaik-baik teman."

 Sungguh, dalam waktu singkat doaku dikabulkan oleh  Rabb yang Maha Pengasih. Sebagaimana kita ketahui, bahwa Dia telah berfirman dalam kitab-Nya:

"...Berdoalah kepada-Ku! Niscaya akan Ku perkenankan bagimu...."(Ghafir [40]: 60)

Ketika aku duduk di depan komputer sambil mengakses internet guna mencari situs yang berisikan informasi tentang keajaiban al-Qur'an al-Karim, tiba-tiba mataku tertuju pada situs akademi penghafal al-Qur'an.  Sebelumnya, aku tidak tahu bahwa masuknya aku ke dalam komunitas situs ini adalah pertanda terkabulnya doaku. Aku pun masuk dalam komunitas situs ini dalam keadaan terharu.

Demi Allah yang tiada Ilah kecuali Dia, aku sign out (keluar) dari situs ini dalam keadaan tidak seperti keadaan ketika aku sign in (masuk). Keadaan ini belum pernah aku impikan sebelumnya. Setelah itu, pikiranku tertuju untuk berrtikaf selama 10 hari terakhir Ramadhan dalam rangka menghafal al-Qur'an.

Sungguh, merupakan karunia dan taufik Allah atasku adalah aku segera mendaftarkan diri untuk beri'tikaf di akademi penghafal al-Qur'an tersebut tanpa keraguan.
"Setelah itu, kerinduanku (untuk menghafal) pun bertambah. Sementara kesedihan dan kesempitanku hilang. Kemudian, Allah mengganti kedua perasaan tersebut dengan ketenangan yang tiada tara."

Sejak pertama aku ber-I’tikaf, aku merasa kagum dengan para akhwat yang turut ber-I’tikaf denganku. Demi Allah, mereka adalah sebaik-baik saudari di jalan Allah. Mereka menceritakan pengalaman-pengalaman mereka dalam menghafal al-Qur'an.

Setelah mendengar cerita mereka, kubayangkan seakan-akan aku bagaikan makhluk yang berasal dari planet lain (di tengah-tengah mereka). Masuk akalkah bahwa di antara mereka ada yang hafal al-Qur'an hanya dalam waktu 3 hari? Padahal, selama 7 tahun aku tidak memiliki hafalan kecuali hanya dua surah.

Aku bertawakkal pada Dzat yang hidup kekal lagi terus-menerus mengurusi makhluk-Nya, atas karunia-Nya yang melimpah. Aku mengambil keputusan untuk beri`tikaf dalam menghafal al-Qur'an. Karena sesungguhnya, inilah amalan terbaik di buian Ramadhan. Aku pun berujar, "Sungguh, Ramadhan kali ini akan berbeda (dengan Ramadhan sebelumnya), dengan izin Allah SWT."

Kuambil secarik kertas, lalu kutulis di dalamnya keuntungan-keuntungan yang akan kuperoleh dari menghafal al-Qur'an, berupa nikmat dan kebaikan yang besar, baik di dunia maupun di akhirat. Begitu pula dengan nikmat yang lebih besar daripada keduanya, yaitu keridhaan Allah terhadapku.

Dengan izin Allah, (saat itu) dalam waktu yang tidak lama lagi aku akan bergabung dengan mereka, sebaik-baik umat ini. Sebagaimana sabda Rasuluilah SAW, ”Orang yang paling balk di antara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya”

Saat itu, aku ber khayal seakan-akan bersama para nabi, shiddiqin, syuhada', dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang paling baik. Kemudian, aku berkhayal lagi seakan-akan aku menyematkan mahkota di atas kepala kedua orang tuaku dengan keduatanganku ini.  Aku berkhayal  bahwa aku dapat membebaskan mereka (dari siksa), kemudian aku pun kembali kepada diriku (untuk membebaskan diri sendiri). Aku juga berkhayal mengenai berbagai kenikmatan yang Allah SWT anugerahkan kepadaku.

Aku menulis semuanya, dan kugantungkan tulisan itu di tempat yang senantiasa kurawat. Aku pun membawa halaman-halaman (mushaf al-Qur'an), dimana aku telah bertekad untuk tidak sekalipun meninggalkannya; bahkan aku akan menjadikannya sebagai teman setia dalam perjalanan ini.

Setelah itu, aku berwudhu lalu duduk dan membuka al-Qur'an. Aku berkata dengan suara yang hanya terdengar oleh diri sendiri, "Sekarang, aku akan menguji kemampuan akalku yang sebenarnya. Dan aku akan memulainya dengan bertawakkal pada Allah SWT." Itu kuucapkan seraya mengulang-ulang firman Allah Ta’ala:

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an itu untuk pelajaran. Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" (al-Qamar [54): 17)

Kemudian, kupasang alat pengingat untuk mengingatkanku bahwa aku akan hafal 1 lembar daiam 10 menit. Maka, aku pun mulai menghafal halaman demi halaman. Setiap halaman, kuhafalkan seraya berdoa kepada Allah agar Dia berkenan memantapkannya pada diriku. Doa yang kupanjatkan adalah, "Wahai Rabbku, kutitipkan pada-Mu apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku. Maka, jagalah ia untukku."

Aku mulai menghafal pada waktu Dhuha sampal Zhuhur. Lalu, menghafal lagi sampai jam 14.30 siang. Setelah itu, aku tidur sebentar dengan memasang alarm. Ketika alarm berbunyi pada jam tiga sore, aku segera bangun untuk shalat Ashar. Kemudian, aku mulai menghafal sampai datangnya waktu Maghrib, dan kulanjutkan hingga menjelang Isya' Dari mulai menghafal sampal selesai, aku tidak berpindah-pindah. Aku hanya duduk pada satu tempat, hingga tak terasa aku sudah hafal 3 juz. Ya Allah, betapa mulianya Engkau dan betapa besarnya nikmat-Mu. Akan tetapi, mengapa kami tak pernah mensyukuri nikmat ini?

Aku pun melanjutkan hafalanku sampai selesai menghafal menghafal 16 juz al-Qur'an dalam 6 hari, alhamdulillah. Aku bingung, apakah akan kusempurnakan hafalanku menjadi 30 juz, ataukah mengulang-ulang apa yang telah kuhafal. Kawan-kawan baikku menasihatiku agar aku menyempurnakannya dan tidak berhenti hanya pada juz ke 16. Maka, kusempurnakanlah hafalanku.

Aku yakin bahwa hafalanku tidak hilang hingga suamiku datang dan kami kembali berkumpul dengan keluarga. Karena, aku telah menitipkannya pada Rabbku yang Maha Mulia (agar Dia selalu menjaganya).

Subhanallah, tak terasa aku akan meninggalkan tempat dimana aku menghafal al-Qur'an dan berkhalwat dengan Rabbku. Setelah itu, aku akan menuju kehidupan yang melalaikan dan keduniaan yang fana, dimana semuanya sedang memfokuskan perhatiannya pada beberapa pertanyaan, "Kue dan manisan apa yang akan kami persiapkan untuk hari 'id kali ini?" "Pakaian apa yang akan kami pakai pada hari 'Id kali ini?" Serta berbagai hal lainnya, sedang aku masih mengasingkan diri untuk menghafal al-Qur'an.

Kemudian, aku kembali kepada mereka, sedang aku berharap dapat mengkhatamkan hafalanku pada hari terakhir bulan Ramadhan dan mendapatkan dua kebahagiaan. Namun ketika yang kuharapkan belum terwujud, cobaan dan ujian dari Rabb semesta alam datang padaku. Sehingga muncul pertanyaan, apakah aku akan melanjutkan hafalanku atau justru menghentikannya? Dan alhamdulillah, aku tidak berhenti menghafal.

Mungkin kalian tak akan percaya bahwa pada suatu hari aku tidak dapat menghafal kecuali hanya 2 halaman. Bukan karena tidak bisa, tetapi karena aku disibukkan dengan musibah yang menimpaku. Keempat anakku semuanya menderita demam tinggi, hingga mereka tidak bisa tidur sepanjang malam. Karena itulah, aku banyak begadang malam untuk menemani mereka. Bahkan ketika aku merasa kepayahan sedang anakku yang paling kecil terus-menerus menangis; dan tak ada seorangpun yang membantu, aku pun jatuh sakit.

Alhamdulillah, walau sakit aku tak berhenti melanjutkan hafalan, dan terus berusaha sampai Allah SWT berkenan menyembuhkan anak-anakku yang sudah lama terbaring sakit. Setelah mereka sembuh, aku bertawakkal pada Allah SWT dan berkata pada diri sendiri, "Akan kukhatamkan 10 juz hafalan yang tersisa, dalam waktu dekat." Dan alhamdulillah, sungguh Allah SWT telah memberikan karunia-Nya kepada ku hingga aku dapat menghafal dengan cepat.

 Sekarang, akan kuceritakan kepada kalian momen-­momen terindah dalam hidupku, yaitu saat aku meng­khatamkan hafalan al-Qur'an.

Pada pagi hari itu, aku bermimpi indah. Mimpi itu menghembuskan kabar gembira bahwa pada hari itu aku akan mengkhatamkan hafalan al-Qur'an. Serta-merta, aku pun teramat gembira. Karena, pada hari itu hafalanku yang tersisa hanya tinggal 3 juz.

Aku mulai menghafal. Dan tanpa radar, aku menghafal dengan cepat. 1 halaman dapat kuhafal dalam waktu 8 menit, bahkan kadang hanya 5 menit. Sehingga, ketika waktu menunjukkan pukul 21.00 malam, aku masih tak tahu bahwa itulah waktu yang telah kutunggu-tunggu. Itulah waktu pengkhataman hafalan.

Aku terus membaca, hingga tak kusadari bahwa yang tersisa hanya tinggal beberapa halaman. Tahukah kalian bagaimana aku menyadarinya? Sungguh, kalian tak akan percaya. Aku merasakan sesuatu yang sangat aneh. Ini belum pernah kurasakan sebelumnya. Perasaan ini bahkan tak bisa digambarkan, karena begitu cepatnya menjalar ke seluruh tubuhku. Perasaan yang berupa ketenangan dan ketentraman.

Demi Allah, seakan-akan diriku terbang karena ringannya tubuh. Aku jadi seperti selembar bulu, karena saking ringannya. Aku merasa heran, hingga aku bertanya pada diri sendiri, "Rasa apakah ini?" Jantungku mulai berdegup kencang, seolah-olah la berkata padaku, "Semoga keberkahan terlimpahkan atasmu. Engkau telah khatam menghafal al-Qur'an. Al-Qur'an telah bersemayam di dadamu."

Tiba-tiba aku tersadar, ternyata aku sedang membaca akhir ayat dimana aku mengkhatamkan al-Qur'an. Aku pun Iangsung menyungkurkan diri bersujud syukur di tanah, sedang air mata kegembiraan jatuh menetes ke bumi. Aku lantas beriari menemui suamiku, dan kukabarkan berita gembira ini padanya dengan penuh sukacita.
Lalu, kutatap mushaf yang telah menemaniku sepanjang perjalanan menghafal ini. Aku menangis sembari berkata, "Duhai mushafku yang tercinta... sungguh, aku telah sampai pada momen-momen terindah dalam hidupku." Kupeluk mushaf itu dengan erat, dan berulang kali ku-ucapkan, "Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan kuasa-Nya. Alhamdulillah, aku telah khatam menghafal al-Qur'an sebelum ajal menjemputku." Padahal sebelumnya, aku takut jika aku mati sedangkan aku belum sempat menghafal al- Qur'an dengan sempurna.

Berikutnya, perasaan yang tak bisa kugambarkan adalah tiba-tiba aku beranjak ke depan komputer. Lalu, kuputar CD berisi ucapan-ucapan takbir, yang kuimpikan sepanjang masa hafalanku. Kemudian, aku dan suamiku mendengarkannya dan semua merasa gembira.

Ya Allah, segala puji bagi-Mu yang telah memuliakanku dengan menghafal kitab-Mu. Duhai Rabbku, betapa mulianya Engkau. Kau telah menggantikan kesendirianku dengan sahabat-sahabat terbaik yang menemaniku dalam kehidupanku dan di kuburku nanti. Wahai Rabbku, kuberdoa pada-Mu saat hatiku terkoyak lantaran kesendirian. Kemudian, Engkau menggantinya dengan sesuatu yang Iebih dari apa yang kuangan-angankan dan kuharapkan. Betapa mulianya Engkau, wahai Rabb yang Maha Pengasih, yang telah memberikan karunia berlimpah.

Untuk menutup halaman-halaman yang indah ini, aku sampaikan pada kalian bahwa aku adalah wanita, sebagaimana wanita Iainnya. Aku memiliki suami dan anak-anak. Anak-anakku belajar di sekolah khusus dengan kurikulum pelajaran yang sangat sulit. Aku hafal al-Qur'an, tapi aku tak melalaikan tanggung jawabku sebagai seorang ibu. Aku didik anak-anakku dan berusaha mengajari mereka segala sesuatu. Bahkan tanggung jawabku yang paling utama adalah sebagai seorang istri yang berusaha untuk mendapatkan keridhaan suami, tanpa mengurangi haknya dan dengan menunaikan kewajiban-kewajibanku secara sempurna.

Alhamdulillah, Allah tidak menjadikanku telat dalam menghafal al-Qur'an. Demi Allah, janganlah sekalipun kalian beralasan atas tidak hafalnya kalian terhadap al- Qur'an. Apalagi kalian adalah para gadis yang belum menikah dan belum memikul tanggungjawab.

Pertama dan terakhir kalinya adalah berprasangka baik pada Allah SWT. Karena dengan begitu, Allah SWT akan ber-prasangka baik sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Pada awalnya, aku mengira bahwa surah al-Baqarah dan All 'Imran sangat sulit untuk dihafal; dan usaha itu akan memakan waktu yang lama. Dan, Allah SWT pun memberikanku anugerah sesuai dengan apa yang kusangka, yakni menghafalnya selama 7 tahun. Itu karena aku tidak berprasangka baik pada Allah SWT.

Namun setelah itu, ketika aku berpasrah diri pada Allah SWT dan berprasangka baik terhadap-Nya, aku berujar pada diri sendiri, "Aku akan menghafal al-Qur'an secara ke-seluruhan dalam waktu singkat." Allah SWT pun memuliakanku dengan menghafal kitab-Nya, bahkan memudahkanku. Allah SWT menunjuki rencana dan cara menghafal yang bermacam-macam, yang tak pernah kumengerti dan kuketahui sebelumnya.

Wahai  orang yang berkeinginan untuk menghafal al- Qur'an, bertawakkallah pada Allah! Bersungguh-sungguh lah dalam berusaha. Dan juiurlah pada dirimu, bahwasanya engkau benar-benar ingin menghafal al-Qur'an! Serta, berprasangka baiklah bahwa Allah SWT, niscaya Dia akan memberikan taufik-Nya atas usahamu! Demi Allah, engkau akan memperoleh apa yang kau ingin dengan segera. Dan engkau akan menjadi bagian dari penghafal kalam yang paling agung, yaitu kalam Rabb semesta alam. Dia telah berfirman:

"Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur'an itu untuk pelajaran. Maka, adakah orang yang mengambil pelajaran?" (al-Qamar [54]: 17)

Subhanallah, mereka yang mengenalku mengira bahwa aku selalu mengawasi anak-anakku. Tetapi tanpa perlu kujelaskan dengan kata-kata, mereka akan mengetahui hal yang sebenarnya.

Suatu hari, ketika aku sedang duduk, anakku yang belum genap berusia 2 tahun berjalan mendekati meja yang di atasnya terdapat beberapa mushaf. Kemudian, ia membawa mushaf yang biasa kugunakan untuk menghafal. Ia mengenali mushaf itu, dan membawanya padaku. Setelah itu, ia menyerahkannya padaku sembari mengucapkan beberapa patah kata, "Mata, Qur'an." Seakan-akan ia berucap, "Bacalah wahai ibu, dalam waktu dekat ibu akan selesai mengkhatamkannya."
Subhanallah, pada hari itu tidak ada perhatiannya selain mencariku dan mencari ayahnya. Jika mushaf tidak terdapat di tangan kami, maka ia berlari untuk mengingatkan kami. Subhanallah.

Wallahua’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar