Senin, 06 Juni 2011

Kewajiban mengingkari Thaghut

Penyembahan / peribadahan kita kepada Allah tidak ada artinya bagi seseorang selama dia tidak menolak sesembahan selain-Nya.

Berikut penjelasannya yang diambil dari Syarah Kitab Tauhid Muhammad Ibnu Wahhab.

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah SWT (saja) dan jauhilah Thaghut itu maka di antara umat-umat itu ada arang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah SWT dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (para Rasul).- (QS. 16: 36)

Allah SWT menerangkan kita dengan ayat ini bahwasanya Dia SWT telah mengirim kepada setiap umat manusia seorang utusan, yang menyampaikan pesan Tuhannya serta menyeru manusia agar beriman kepada Tuhan yang Esa, Allah SWT, dan menyeru mereka agar menolak tuhan-tuhan palsu selain Allah SWT. Umat manusia yang mendengar seruan ini terbagi menjadi dua golongan: Pertama, yaitu mereka yang dibimbing oleh Allah SWT ke jalan kebaikan maka mereka memenuhi seruan sang utusan dan menjauhi segala yang dilarang. Golongan kedua yang merugi, di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang berjalan di muka bumi ini untuk mempelajari hikmah dari hal tersebut, akan menjumpai bukti dari pembalasan Allah terhadap mereka yang menolak petunjuk-Nya serta mendustakan utusan-Nya, seperti Kaum Aad, Tsamuud dan Fir'aun.

Dalam ayat ini juga jelas bahwa kita disuruh untuk menjauhi Thaghut. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah apakah Thaghut itu?

Menurut penjelasan Syaikh Abdul Wahhab 'Thaghut adalah segala yang dipuja dan disembah sebagai bentuk kekufuran terhadap Allah dan Rasul-Nya (Syarah Kitab Tauhid, Muhammad bin Abdul Wahhab)

Ibnul Qoyyim berkata: “Thoghut adalah segala sesuatu yang mana seorang hamba itu melampaui batas padanya, baik berupa sesuatu yang diibadahi atau diikuti atau ditaati. Maka thoghut adalah segala sesuatu yang dijadikan pemutus perkara oleh suatu kaum, selain Alloh dan rosulNya, atau mereka ibadahi selain Alloh, atau mereka ikuti tanpa berdasarkan petunjuk dari Alloh, atau mereka taati pada perkara yang mereka tidak tahu bahwa itu ketaatan kepada Alloh. Inilah thoghut didunia ini, apabila engkau renungkan keadaan manusia bersama thoghut ini engkau akan melihat mereka kebanyakan berpaling dari berhukum kepada Alloh dan RosulNya lalu berhukum kepada thoghut, dan berpaling dari mentaati Alloh dan mengikuti rosulNya lalu mentaati dan mengikuti thoghut.” (A’lamul Muwaqqi’in I/50)

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab mengatakan: “Thoghut itu pengertiannya umum; maka setiap apa yang diibadahi selain Alloh dan dia rela dengan peribadahan itu, baik berupa sesuatu yang disembah atau diikuti atau ditaati selain ketaatan kepada Alloh dan rosulNya adalah thoghut. Thoghut itu banyak dan kepalanya ada lima:

Pertama; Syetan yang menyeru untuk beribadah kepada selain Alloh, dalilnya adalah:

ألم أعهد إليكم يابني آدم أن لاتعبدوا الشيطان إنه لكم عدو مبين

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", (QS. 36:60)

Kedua; Seorang penguasa yang dzolim yang merubah hukum-hukum Alloh. Dalilnya adalah:

ألم تر إلى الذين يزعمون أنهم آمنوا بما أنزل إليك وماأنزل من قبلك يريدون أن يتحاكموا إلى الطاغوت وقد أمِروا أن يكفروا به ويريد الشيطان أن يضلهم ضلالا بعيداً

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. (QS. 4:60)

Ketiga; Orang yang memutuskan perkara dengan selain apa yang diturunkan Alloh.
Dalilnya adalah:

ومن لم يحكـم بما أنـزل اللـه فأولئــك هم الكافرون

Barang siapa yang tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-oang yang kafir. (QS. 5:44)

Keempat; Orang yang mengaku mengetahui hal-hal yang ghoib selain Alloh. Dalilnya adalah :

عالـم الغيب فلا يُظهر على غيبه أحداً، إلا من ارتضى من رسول، فإنه يسلك من بين يديه ومن خلفه رصداً

(Dia adalah Rabb) Yang Mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakangnya. (QS. 72: 26 - 27)

Dan Alloh berfirman:

وعنده مفاتح الغيب لايعلمها إلا هو، ويعلم مافي البر والبحر، وماتسقط من ورقة إلا يعلمها ولا حبة في ظلمات الأرض ولا رطب ولا يابس إلا في كتاب مبين

Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang ada di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melaimkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). (QS. 6:59)

Kelima; Orang yang diibadahi selain Alloh dan dia rela dengan ibadah itu. Dalilnya adalah:

ومن يقل منهم إني إله من دونه فذلك نجزيه جهنم، كذلك نجزي الظالمين

Dan barangsiapa diantara mereka mengatakan:"Sesungguhnya aku adalah ilah selain daripada Allah", maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahanam, demikian Kami memberi balasan kepada orang-oramg zhalim. (QS. 21:29)
(Diambil dari Risalah Ma’na Ath-Thoghut, Muhammad bin Abdul Wahhab, 260.)

Imam Ibnu Katsir, menukil dari Imam Malik bahwa thoghut itu artinya adalah; segala sesuatu yang diibadahi selain Alloh swt.

Hikmah yang Terkandung dalam Ayat Ini

1. Bukti bahwa manusia tidak pernah dibiarkan dan ditinggalkan sendiri tanpa bimbingan.
2. Universalitas ajaran yang dibawa mencakup seluruh bangsa. serta bukti bahwasanya setiap ajaran yang dibawa oleh rasul yang baru membatalkan ajaran rasul terdahulu.
3. Misi dari setiap utusan Allah menyeru manusia adalah untuk menyembah Allah SWT dan menolak segala sesem¬bahan yang lain (Thaghut)
4. Bahwasanya pertunjuk/hidayah itu hanya di tangan Allah.
5. Bahwasanya bukti bahwa Allah mentakdirkan sesuatu bagi seseorang bukan berarti dia menyukai sesuatu itu. Anjuran agar melakukan perjalanan untuk merenungi apa yang terjadi dengan umat terdahulu, umat yang Allah SWT binasakan karena kekufuran mereka.

Wallahua'lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar