Selasa, 26 April 2011

MUHAMMAD SAW. DAN KELEMBUTANNYA

Bismillahirrohmannirrohiim...

Karena Nabi Saw. Adalah seorang utusan Allah, maka pastilah IA adalah orang yang paling lembut di antara manusia, paling lapang dadanya, paling halus budinya, Dan paling lembut pergaulannya. Ia menahan amarahnya, memaafkan, berdamai, Dan mengampuni orang yang berbuat salah. Ia melepaskan hak-hak khususnya selama itu bukan hak Allah. Ia memaafkan orang yang menganiayanya, mengusirnya dari negaranya, menyakitinya, mencelanya, memakinya, Dan memeranginya. Ia berkata kepada mereka pada Hari penaklukan:

“Pergilah, kalian adalah orang yang bebas.”

HR. Syafi'i dalam a!-Umm (7/361), Thabrani dalam Tarikh (2/161) Dan Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (18055), lihat Shahih al-Jami

Nabi Saw. Memaafkan sepupunya, Sufyan bin Harits pada Hari penaklukan ketika dia berdiri di hadapannya Dan berkata padanya: "Demi Allah, Allah telah memuliakanmu atas kami walaupun kami adalah orang yang telah berbuat salah." Nabi Saw bersabda:

`Dia (Yusuf) berkata: Pada Hari ini tak Ada cercaan terhadap kamu, mudah-mudahan Allah mengampuni (kamu), Dan dia adalah Maha Penyayang di antara para penyayang." (QS.Yusuf [12]: 92).

Orang-orang Arab telah menghadapinya dengan kekerasan Dan adab yang buruk, tetapi IA tetap sabar Dan memaafkan. Ia telah mengambil contoh dari urusan Tuhannya dalam firman-Nya:

".. .Maka maafkanlah (mereka) dengan cara yang baik." Hijr: [15]:85).

Maka, Nabi Saw. Tidak membalas keburukan dengan keburukan, bahkan IA memaafkan Dan berdamai. Ia tidak meluapkan kemarahannya jika itu adalah untuk dirinya sendiri. Ia tidak mendendam untuk dirinya, bahkan ketika dia marah dia bertambah lembut. Sexing kali IA tersenyum, padahal IA sedang marah, Dan sering kali IA menasihati salah seorang dari sahabat-sahabatnya dengan bersabda:

"Jangan marah, jangan marah, jangan marah" (HR Bukhari)

Ketika Ada perkataan yang buruk sampai padanya, Nabi Saw. Tidak mencari orang yang mengucapkan perkataan itu, tidak mencelanya, Dan tidak meng­hukumnya. Ia bersabda:

`Tidak sampai padaku perkataan salah seorang darimu yang ditujukan padaku. Maka Aku akan suka keluar menuju kalian dalam keadaan hati yang selamat” (HR. Ahmad (3785), Abu Dawud (3460), Dan Tirmidzi (3892) dari Abdullah bin Mas'ud)

Ibnu Mas'ud mengadukan sebuah perkataan yang membuat air muka Nabi Saw. Berubah Dan Nabi bersabda:

"Semoga Allah memberi rahmat kepada Musa, dia disakiti lebih dari ini, dia tetap sabar (HR. Bukhari (3150, 3405) Dan Muslim (1062).

Nabi Saw. Disakiti oleh musuh-musuhnya dalam risalahnya, pasukannya, saksinya, Dan keluarganya. Ketika IA berkuasa atas mereka, IA memaafkan mereka, Dan bersikap lembut kepada mereka. Ia bersabda :

Barang siapa mencegah kemarahannya maka Allah akan mencegah azab-Nya darinya.( HR. Abu Yela (4338), Dan Baihaqi dalam asy-Say 'bu (8311) Dan lihat al `Ilal karangan Ibnu Abi Hatim (1919) Dan Majma' AZ-Zawaid (10/ 298).

Seorang laki-laki berkata padanya: "Bersikap adillah” Nabi Saw. Bersabda:



"Aku telah gagal Dan merugi jika aku tidak bersikap adil (HR. Bukhari (3138) Dan Muslim (1063) dengan kalimat dari Jabir bin Abdullah.)

Nabi Saw. Tidak menghukumnya, bahkan IA bersalaman dengannya. Orang-orang Yahudi menghadapinya dengan hal yang dibencinya, maka IA memaafkan berdamai. Ia melapangkan manusia dengan akhlak toleransinya, Dan IA memadamkan api permusuhan dengan sifat lembutnya, sebagaimana firman Tuhannya

"Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan " (QS. Al ­Mukminun [23]: 96).

Nabi Saw. Adalah orang yang paling lembut terhadap keluarganya. Ia berkelakar dengan mereka, bersikap lembut kepada mereka, memaafkan kesalahan yang mereka perbuat, bertemu dengan mereka dengan senyum Dan tawa, memenuhi hati Dan rumah mereka dengan suka cita Dan kebahagiaan. Pelayannya, Anas bin Malik berkata: "Aku melayani Rasulullah Saw. Selama sepuluh tahun, beliau tidak pernah mengatakan kepadaku tentang sesuatu yang aku perbuat: Mengapa karnu rnelakukan ini?' Dan, tidak pula berkata terhadap sesuatu yang tidak aku lakukan: `Mengapa kamu tidak melakukannya?" Ini adalah kesempurnaan sifat lernbut Dan kesempurnaan akhlak yang baik, keindahan sifat, Dan kelembutan budi pekerti. Bahkan, setiap orang yang menemaninya, sahabatnya, atau orang yang berbaiat kepadanya pasti menemukan kelembutan, kecintaan, Dan kelembutannya yang tidak berhenti, sehingga kecintaannya menempati setiap hati, setiap ruh terikat padanya, Dan setiap jiwa manusia ber­gantung padanya secara sempurna:

Ketika engkau mengasihi, engkau seperti ibu atau ayah Mereka berdua adalah orang-orang yang paling penyayang di dunia

Ketika engkau memberi, engkau memberi dengan kedermawanan sepanjang hidup

Engkau melakukan apa yang tidak dilakukan orang yang memberi

Ketika engkau bersahabat, para sahabat Dan masyarakat melihat kesetiaan tergambar dengan jelas pada pakaianmu Dan engkau memperlihatkan kesabaranmu terhadap orang bodoh dengan penuh pengertian hingga orang-orang bodoh itu merasa rikuh dengan kesabaranmu.

NABI MUHAMMAD SAW. DAN KASIH SAYANGNYA

Rabbnya menyifatinya dalam firman-Nya:

`Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam." (QS. A1-Anbiyaa1211: 107).

Nabi Saw. Adalah rahmat bagi manusia. La bersabda:

“Aku adalah rahmat yang dihadiahkan” (HR. Darimi (15) sebagai hadits mursal dan Hakim sebagai hadits
mausul dari Abu Hurairah Ra. no. 100 dan ia mensahihkannya.)

Nabi Saw. melihat cucu laki-laki dari salah satu anak perempuannya meninggal, lalu ia menangis, ketika ia ditanya tentang hal itu dia bersabda:

`Ini adalah rahmat yang letakkan Allah pada salah satu hati hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki, Dia mengasihi hamba­Nya yang penyayang." (HR. Bukbari (1284, 6655), Muslim (923), dan Usamah bin Zaid Ra.)

Nabi Saw. menyayangi kerabat dekat dan jauh, sulit baginya untuk menemui orang-orang dengan bermuram durja, dan ia selalu membantu meringankan beban orang-orang dengan memperhatikan keadaan mereka. Sering kali ia ingin memanjangkan shalat, lalu dia mendengar tangisan anak kecil, maka ia meringan­kan shalat agar tidak menyusahkan ibunya. Ketika Amamah binti Zainab putrinya menangis, Nabi Saw. membawanya sedangkan ia sedang shalat bersama orang-orang. Ketika dia sujud, dia meletakkannya, ketika dia bangun, dia menggendongnya (HR. Bukhari (516) dan Muslim dari Abu Qatadah Ra). Suatu ketika dia sedang sujud dan Hasan naik di atas punggungnya, Nabi Saw. pun memanjangkan sujud­nya, dan ketika ia salam ia mengemukakan alasannya kepada orang-orang dengan bersabda:

“Anakku telab menaiki punggungku, maka aku tidak mengangkat kepalaku bingga dia turun (" HR. Ahmad (27100) dan Nasaai (1141) dari Syadad bin Had Ra.)

Dan, ia bersabda:

“Barangsiapa menjadi imam dari kalian, maka ringankanlah shalat, karena di dalamnya ada orang tua, anak kecil, orang sakit, dan orang yang berkepentingan” (HR. Bukhari (703) dan Muslim (467) dari Abu Hurairah Ra)

Nabi Saw. berkata kepada Mu'adz ketika Mu'adz memperpanjang shalatnya dengan orang-orang:

`Apakah kamu orang yang menarik perhatian orang-orang, wahai Mu'az ( HR. Bukhari (705, 6106) dan Muslim (465) dari Jabir bin Ahdullah Ra)

Dan, Nabi Saw. juga bersabda:

"jika tidak memberatkan orang-orang, maka aku akan memerintahkan bersiwak setiap hendak sbalat (HR. Bukhari (87) dan Muslim (252) dari Abu Hurairah Ra)

Sering kali ia meninggalkan perbuatan karena takut akan dijadikan fardhu oleh orang-orang. Dia mengatur para sahabatnya dengan tutur kata yang baik.

Semua itu adalah kasih sayang dari Rasulullah Saw.

Dan ia bersabda:

"Tetaplah pada maksud tujuan, tentu kalian akan sampai (HR. Bukhari (6463) dari Abu Hurairah Ra.)

'Aka diutus dengan kelurusan dan toleransi.( HR. Ahmad (21788) dari Abu Amamah Ra)

"Sebaik-baiknya kalian dalam agama adalah yang mempermudahnya.( HR. Ahmad (15506) lihat Majma' az-Zawaid (3/308)

`Kalian harus memberikan petunjuk kepada orang yang meminta petunjuk (HR. Ahmad (22454, 22544), Baihaqi dalam Sunan al-Kubra (4519) dari Buraidah al-Aslamiy.)

Ambillah oleh kalian pekerjaan yang kalian mampu. Sesungguhaya Allah tidak memberatkan hingga mereka memberatkan diri sendiri (HR. Bukhari (5862) dan Muslim (782) dari Aisyah Ra)

Tidaklah Nabi Saw. memilih di antara dua hal, kecuali memilih yang paling mudah di antara kedua­nya, selama itu tidak merupakan dosa. Ia mengingkari golongan ketiga yang memberatkan diri mereka dalam ibadah. Ia juga bersabda:

'Demi Allah sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut dan paling takwa di antara kalian kepada Allah, tetapi aku tetap bangun dan tidur, puasa dan berbuka, maka barang siapa membenci sunnahku maka ia bukan golonganku” (HR. Bukhari (5063) dan Muslim (1401) dari Anas bin Malik Ra. ")

Nabi Saw. berbuka dalam perjalanan di bulan Ramadhan, meng-qashar shalat yang berjumlah empat, menjamak di antara zhuhur dan ashar, antara maghrib dan isya'. Ia mengumumkan izinnya bahwasa­nya orang-orang boleh shalat di rumah-rumah mereka pada waktu hujan. Ia juga bersabda:

"Celakalah orang_yang memfasih-fasihkan bacaan" ( HR. Muslim (2670) dari Abdullah bin Mas'ud Ra)

'Tidak ada manfaat dalam sesuatu kecuali ia memperindahnya. Dan tidak ada kerusakan dalam sesuatu kecuali mencelanya'.( HR. Muslim (2594) dari Aisyah Ra)

Nabi Saw. mengingkari Abdullah bin Amr bin Ash, yang terlalu membebani dirinya dalam beribadah. Ia bersabda:

“Hindarilah berlebih-lebihan” (HR. Abmad (3238,1804), Nasaai (3057), Ibnu Majah (3029), dan lbnu Abi Ashim dalam as-Sunnah (1/46) dari Ibnu Abbas Ra.)

"Umatku adalah umat yang dirahmati" (HR. Ahmad(19179,19235), Abu Dawud (3278), dan Hakim (8383)

dari Abu Musa Ra)

Jika aku memerintahkan kepada kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah hal tersebut sesuai kemampuan kalian (HR. Bukhari (7288) dan Muslim (13337) dari Abu Hurairah Ra.)

Kemudahan ini dalam kehidupan Nabi Saw. sesuai dengan kemudahan agama dan kemudahan syari’at. Dan, itu adalah contoh dari Nabi Saw. untuk firman Tuhannya:

'Dan kami akan memberi kamu taufik kejalan yang mudab." (QS. al- A'laa [87]: 8).

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya." (QS. al-Baqarah [2]: 286).

"Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu." (QS. at-Taghabun [64]: 16).

Allah menghendaki kemudahan bagiMu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu." (QS. al-Baqarah [2]: 185).

"Dan dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan." (QS. al-Hajj [22]: 78).

Dan ayat-ayat lain semacam itu.

Nabi Saw. adalah kemudahan yang dimudahkan, yang mengasihi dalam risalahnya, dakwahnya, ibadah­nya, shalatnya, puasanya, ketaatannya, makannya, minumnya, pakaiannya, berhentinya, berjalannya, dan akhlaknya. Bahkan, kehidupannya didasarkan pada kemudahan karena sesungguhnya ia datang untuk meletakkan dosa-dosa dan belenggu-belenggu dari umat. Maka, tidak ada kemudahan sama sekali kecuali bersamanya. Tidak ditemui kemudahan kecuali dalam syariatnya. Dia adalah kemudahan yang sesungguhnya. Dia adalah rahmat dan manfaat dengan sendirinya.



Diambil dari buku "LAKSANA NABI MUHAMMAD SAW" karangan Dr 'Aidh Al Qarni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar