Rabu, 01 Desember 2010

KEUTAMAAN KEFAKIRAN DAN ZUHUD DI DUNIA.

Surat Yunus ; 24. Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir.

Al Kahfi 45-46. Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

Al Hadid 20. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Al Imran 14. Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).

Fathir 5. Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah.

At Takatsur 1-5. Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur, Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui, Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin,

Al Ankabut 64. Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.

Syarah:

Dunia adalah kehidupan yang kita sedang jalani. Dinamakan dunia karena 2 sebab :

1. Dunia lebih dekat daripada akhirat. Karena dunia adalah sebelum akhirat, sebagaimana firman Allah Ta'ala, '....Dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan' (Adh Dhuha:4)

2. Dunia itu lebih hina jika dibandingkan dengan akhirat, sebagaiman diriwayatkan oleh Imam Ahmad Rahimahullah, Nabi SAW bersabda, "Sungguh tempat cemeti salah seorang dari kalian di dalam surga lebih baik daripada dunia dengan segala isinya". Imam Nawawi Rahimahullah, menyebutkan sejumlah ayat yang semuanya menunjukkan bahwa setiap orang yang berakal tidak perlu cenderung kepada dunia, tertipu olehnya, terlalaikan akan akhirat, atau dunia menjadi penghambat untuk dzikir kepada Allah Azza wa Jalla.

Betapa banyak orang yang hidup didunia ini dengan penuh kemewahan, kenyamanan, bersama sejumlah anak, istri, rumah megah, mobil dan sejumlah fasilitas yang dia miliki, namun tiba-tiba kehilangan semua itu sehingga seakan-akan tidak ada apa-apa di hari kemarin, seperti bencana yang kita lihat di negara kita akhir-akhir ini, dimana kemarin kita lihat seseorang hidup bergelimang harta dan kemewahan, tiba-tiba ditimpa bencana yang mengakibatkan hilangnya semua harta benda hingga keluarga yang dimiliki, hingga akhirnya menjadi seorang fakir yang meminta-minta kepada orang lain, dalam arti, menunggu bantuan/uluran tangan orang lain.

Inilah kehidupan dunia. Allah menjadikan permisalan ini dengan tujuan agar kita tidak menjadi lalai. Allah Ta'ala berfirman, "Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berfikir"

Dalam surah Al Hadid 20 dijelaskan bahwa ada lima hal yang semuanya tidak berarti apa-apa seperti permainan, kelalaian, perhiasan, berbangga-bangga dan berlomba dalam perkara banyak harta dan anak. Orang-orang kafir adalah orang-orang yang bergantung kepada dunia dan otak mereka menjadi tertawan olehnya.

Maka mana di antara keduanya yang kita kehendaki (al hadid 20) apakah "adzab yang keras" bagi orang-orang yang mengutamakan kehidupan dunia, atau ampunan dan keridho'an Allah?. Orang yang berakal jika membaca al Qur'an dan mengamatinya dengan seksama, maka ia akan mengetahui nilai dunia itu. Sesungguhnya dunia itu bukan segala-galanya. Dan dunia adalah ladang akhirat. Maka perhatikanlah, apa yang telah kita tanam di dalamnya demi akhirat kita?

Berikut hadits-hadits yang menjelaskan tentang keutamaan zuhud di dunia dan perintah untuk mengurangi dunia serta keutamaan kefakiran

Dari Anas RA, bahwa Nabi SAW bersabda, "Ya Allah, tidak ada kehidupan melainkan kehidupan akhirat" (Muttafaq Alaih)

Dari Anas RA, bahwa Nabi SAW bersabda, "Tiga hal akan mengikuti sesosok mayit : keluarganya, hartanya dan amalnya. Dua diantaranya akan kembali dan satu akan menetap: keluarga dan hartanya akan kembali dan amalnya akan tetap" (Muttafaq Alaih)

Penjelasan hadits diatas :

Dari hadit Anas terlihat bahwa harta dunia yang telah kita kumpulkan dengan susah payah, berkeringat, dengan mengorbankan waktu kita untuk "sedikit" bertemu dengan orang-orang yang kita kasihi, keluarga dan kerabat, ternyata tidak akan ikut kita ke alam kubur. Dia akan tertinggal di dunia dan menjadi hak waris / dimiliki oleh keturunan dan istri kita. Sedikitpun tidak bermanfaat harta tersebut kecuali yang telah kita sedekahkan...Itupun bila harta tersebut adalah harta yang diperoleh secara halal.

Kehidupan yang penuh kebahagiaan, diridhai, dan abadi adalah kehidupan di akhirat. Sedangkan kehidupan di dunia, sekalipun baik, tetapi tempat kembalinya adalah kefanaan. Jika tidak dipenuhi amal sholih, maka hakikatnya adalah kerugian.

Hadits yang lain...

Dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Jika aku memiliki emas sebesar bukit Uhud, maka aku lebih gembira jika tidak berlalu bersamaku selama tiga hari dan padaku darinya memiliki sesuatu melainkan sesuatu yang kugunakan membayar utang" (Muttafaq Alaih)

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Lihatlah oleh kalian semua orang yang lebih rendah di bawah kalian dan janganlah melihat orang yang lebih tinggi dari kalian semua, yang demikian itu lebih tepat agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah atas kalian semua" (Muttafaq Alaih, dan ini adalah lafazh Muslim)

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin, dan surga bagi seorang kafir (HR Muslim)

Penjelasan hadits diatas :

Di hadits ini dijelaskan bahwa Nabi SAW adalah manusia paling zuhud di dunia. Karena beliau tidak mau mengumpulkan harta, kecuali sekedar membayar hutang. Berbeda dengan manusia jaman sekarang, dimana hampir semua manusia berlomba-lomba mengumpulkan harta, untuk sekedar ditabung, dibelikan barang-barang berharga yang tidak ada manfaatnya untuk akhiratnya, dan sedikit sekali bersedekah/berinfaq/berzakat.

Penyusun (Imam Nawawi) menyebutkan hadits Abu Dzarr sebagai berikut, "Sesungguhnya golongan mayoritas di dunia mereka adalah golongan minoritas di hari Kiamat" yakni, orang yang banyak memiliki dunia, mereka adalah orang yang sedikit amal sholihnya di hari Kiamat. Karena pada umumnya orang yang banyak hartanya di dunia merasa cukup, sombong dan enggan untuk taat kepada Allah. Karena dunia telah menjadikannya lalai, ia menjadi banyak harta di dunia, namun miskin pahala di akhirat. Sabda beliau, "............kecuali yang mengeluarkan hartanya demikian, demikian, dan demikian" (Muttafaq alaih), Yakni berkenaan dengan harta, mengeluarkannya (harta tersebut) di jalan Allah.

Hadits lainnya.

Dari Abdullah bin Mas'ud RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Janganlah kalian semua membuat tempat timbunan harta, sehingga menjadikan anda cinta dunia" (HR Tirmidzi)

Dari Abdullah bin Amr bin Al Ash RA, ia berkata, "Suatu hari Rasulullah SAW berlalu dekat kami, ketika kami sedang memperbaiki gubug kami, maka beliau bersabda, "Kenapa ini", Kami menjawab, "Telah lapuk sehingga kami memperbaikinya" Beliau bersabda, :Saya kira ajal kita lebih cepat dari itu" (HR TIrmidzi dan Abu Daud, dengan isnad Al Bukhari dna Muslim)

Dari Ka'ab bin Iyadh RA, ia berkata, "Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh setiap umat memiliki fitnah: dan fitnah bagi umatku adalah harta" (HR Tirmidzi)

Dari Ibnu Abbas dan Imran bin Al Hushain RA dari Nabi SAW ia berkata, "Aku melihat ke dalam surga, ternyata kulihat bahwa kebanyakan penghuninya adalah orang-orang fakir: dan aku melihat ke dalam neraka ternyata kebanyakan penghuninya adalah para wanita" (Muttafaq Alaih)

Penjelasan hadits diatas..

Salah satu informasi dari hadits diatas adalah, ternyata bahwa orang-orang fakir adalah penghuni surga yang terbesar. Karena orang-orang fakir tidak memiliki apa-apa yang menjadikannya bersikap keras kepala, sombong maupun kikir. Mereka tidak perlu lagi ditanya, darimana mereka mendapatkan harta (karena memang tidak punya) serta kemana mereka membelanjakan hartanya.

Sementara orang kaya, akan ditanyakan darimana mereka mendapatkannya (hartanya, apakah dari jalan yang halal atau yang haram atau yang syubhat) serta kemana mereka membelanjakannya (bila hartanya harta yang halal, apakah untuk bersedekah, atau berfoya-foya, menumpuk-numpuk harta ataupun untuk sesuatu yang tidak ada manfaatnya bagi kepentingan akhirat mereka).

Pada akhirnya, secara garis besar dapatlah kita ambil kesimpulan dari beberapa hadits diatas, yaitu, tentang anjuran untuk zuhud kepada dunia, dan manusia tidak perlu jiwanya selalu terikat dengan semua itu. Dunia harus berada sekedar di tangannya, dan bukan dalam hatinya. Tidak berarti bahwa kita tidak mengambil sesuatu apapun dari dunia ini, akan tetapi ambillah apa-apa di dunia yang halal bagi kita, dan jangan lupa bagian kita dari rejeki di dunia ini. Jangan pernah menjadikan dunia adalah tujuan yang terpatri di hati kita ini..Inilah yang paling penting

Kita senantiasa memohon kepada Allah SWT ampunan dan keselamatan untuk kita semua dan kaum muslimin seluruhnya...amin..

Diringkas dari Syarah Riyadhus Sholihin, pensyarah, Syaikh Muhammad Al Utsaimin jilid 2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar